Selasa, 25 Agustus 2020

 Amalan Yang Pahalanya Terus Mengalir Setelah Kematian

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Allah tidak hanya mencatat amal perbuatan yang kita lakukan, namun Allah juga mencatat semua pengaruh dari perilaku dan perbuatan kita. Allah berfirman,

ุฅِู†َّุง ู†َุญْู†ُ ู†ُุญْูŠِูŠ ุงู„ْู…َูˆْุชَู‰ ูˆَู†َูƒْุชُุจُ ู…َุง ู‚َุฏَّู…ُูˆุง ูˆَุขَุซَุงุฑَู‡ُู…ْ ูˆَูƒُู„َّ ุดَูŠْุกٍ ุฃุญْุตَูŠْู†َุงู‡ُ ูِูŠ ุฅِู…َุงู…ٍ ู…ُุจِูŠู†ٍ

“Sesungguhnya Kami yang menghidupkan orang mati, Kami catat semua yang telah mereka lakukan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan semuanya kami kumpulkan dalam kitab (catatan amal) yang nyata.” (QS. Yasin: 12)

Al-Hafidz Ibnu Katsir menyebutkan dua tafsir ulama tentang makna kalimat, ‘bekas-bekas yang mereka tinggalkan

Pertama, Jejak kaki mereka ketika melangkah menuju ketaatan atau maksiat

Ini merupakan pendapat Mujahid dan Qatadah sebagaimana yang iriwayatkan oleh Ibnu Abi Najih.

Diantara dalil yang menguatkan pendapat ini adalah hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ada Bani Salamah ingin berpindah membuat perkampungan yang dekat dengan masjid nabawi. Karena mereka terlalu jauh jika harus berangkat shalat jamaah setiap hari ke masjid nabawi. Ketika informasi ini sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,

ูŠَุง ุจَู†ِู‰ ุณَู„ِู…َุฉَ ุฏِูŠَุงุฑَูƒُู…ْ ุชُูƒْุชَุจْ ุขุซَุงุฑُูƒُู…ْ ุฏِูŠَุงุฑَูƒُู…ْ ุชُูƒْุชَุจْ ุขุซَุงุฑُูƒُู…ْ

Wahai Bani Salamah, perjalanan dari rumah kalian ke masjid akan dicatat jejak-jejak kali kalian. (HR. Muslim 1551, dan Ahmad 14940)

Kedua, Pengaruh dari amal yang kita kerjakan

Artinya, Allah mencatat bentuk amal yang mereka kerjakan dan pengaruh dari amal itu. Jika baik, maka dicatat sebagai kebaikan. Dan jika buruk dicatat sebagai keburukan.

Ini seperti yang disebutkan dalam hadis dari sahabat Jarir bin Abdillah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู…َู†ْ ุณَู†َّ ูِูŠ ุงู„ْุฅِุณْู„َุงู…ِ ุณُู†َّุฉً ุญَุณَู†َุฉً، ูَุนُู…ِู„َ ุจِู‡َุง ุจَุนْุฏَู‡ُ، ูƒُุชِุจَ ู„َู‡ُ ู…ِุซْู„ُ ุฃَุฌْุฑِ ู…َู†ْ ุนَู…ِู„َ ุจِู‡َุง، ูˆَู„َุง ูŠَู†ْู‚ُุตُ ู…ِู†ْ ุฃُุฌُูˆุฑِู‡ِู…ْ ุดَูŠْุกٌ، ูˆَู…َู†ْ ุณَู†َّ ูِูŠ ุงู„ْุฅِุณْู„َุงู…ِ ุณُู†َّุฉً ุณَูŠِّุฆَุฉً، ูَุนُู…ِู„َ ุจِู‡َุง ุจَุนْุฏَู‡ُ، ูƒُุชِุจَ ุนَู„َูŠْู‡ِ ู…ِุซْู„ُ ูˆِุฒْุฑِ ู…َู†ْ ุนَู…ِู„َ ุจِู‡َุง، ูˆَู„َุง ูŠَู†ْู‚ُุตُ ู…ِู†ْ ุฃَูˆْุฒَุงุฑِู‡ِู…ْ ุดَูŠْุกٌ

“Siapa yang menghidupkan sunah yang baik dalam Islam, kemudian diikuti oleh orang lain setelahnya maka dicatat untuknya mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Siapa yang menghidupkan tradisi yang jelek di tengah kaum muslimin, kemudian diikuti oleh orang lain setelahnya, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim 2398, Ahmad 19674, dan yang lainnya)

Ayat di atas selayaknya memberikan motivasi bagi kita untuk semangat dalam menyebarkan kebaikan serta merasa takut ketika melakukan perbuatan yang mengundang orang lain untuk bermaksiat.

10 Amal Yang Tidak Terputus Pahalanya

Para penghuni kubur tergadai di kuburan mereka, terputus dari amalan shaleh, dan menunggu hari hisab yang tidak diketahui hasilnya. Mereka berada dalam kesepian, hanya ditemani amalnya ketika di dunia.

Dalam suasana demikian, ada beberapa orang yang kebaikannya terus mengalir.

Jasad mereka bersemayam dengan tenang di alam kubur, namun balasan pahala mereka tidak berhenti. Pahala mereka terus berdatangan, padahal mereka terdiam dalam kuburnya, menunggu datangnya kiamat. Sungguh masa pensiun yang sangat indah, yang tidak bisa terbeli dengan dunia seisinya.

Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุณَุจْุนٌ ูŠَุฌْุฑِูŠْ ู„ِู„ْุนَุจْุฏِ ุฃَุฌْุฑُู‡ُู†َّ ู…ِู†ْ ุจَุนْุฏِ ู…َูˆْุชِู‡ِ ูˆَู‡ُูˆَ ูِูŠ ู‚َุจْุฑِู‡ِ : ู…َู†ْ ุนَู„َّู…َ ุนِู„ْู…ًุง ، ุฃَูˆْ ุฃَุฌْุฑَู‰ ู†َู‡ْุฑًุง ، ุฃَูˆْ ุญَูَุฑَ ุจِุฆْุฑًุง ، ุฃَูˆَ ุบَุฑَุณَ ู†َุฎْู„ًุง ، ุฃَูˆْ ุจَู†َู‰ ู…َุณْุฌِุฏًุง ، ุฃَูˆْ ูˆَุฑَุซَ ู…ُุตْุญَูًุง ، ุฃَูˆْ ุชَุฑَูƒَ ูˆَู„َุฏًุง ูŠَุณْุชَุบْูِุฑُ ู„َู‡ُ ุจَุนْุฏَ ู…َูˆْุชِู‡ِ

“Ada tujuh amalan yang pahalanya tetap mengalir untuk seorang hamba setelah dia meninggal, padahal dia berada di dalam kuburnya: (1) orang yang mengajarkan ilmu agama, (2) orang yang mengalirkan sungai (yang mati) (3) orang yang membuat sumur, (4) orang yang menanam kurma, (5) orang yang membangun masjid, (6) orang yang memberi mushaf al-Quran, dan (7) orang yang meninggalkan seorang anak yang senantiasa memohonkan ampun untuknya setelah dia wafat.” (HR. al-Bazzar dalam Musnadnya 7289, al-Baihaqi dalam Syuabul Iman 3449, dan yang lainnya. Al-Albani menilai hadis ini hasan).

Sudah saatnya kita bersemangat menanam investasi pahala selama masih di duni. Karena masa hidup di dunia  adalah kesempatan yang Allah jadikan tempat beramal. Untuk masa yang leih abadi di setelah wafat.

Kita akan melihat lebihi dekat 7 amal yang dijanjikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Pertama, mengajarkan ilmu pengetahuan

Yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu yang bermanfaat, yang mengantarkan seseorang mengenal agama dan Rabbnya. Ilmu yang menjadi petunjuk seseorang ke jalan yang lurus. Ilmu yang mengenalkan jalan hidayah dan jalan kesesatan. Ilmu yang mengajarkan mana yang haq dan mana yang batil. Mana yang halal dan mana yang haram.

Ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan seorang ulama yang memberi nasihat kepada umat. Para dai yang ikhlas memberika pencerahan bagi umat. Hingga Imam Ahmad pernah memuji ulama seperti orang yang menghidupkan masyarakat yang telah mati hatinya. Dalam pengantar bukunya ar-Rad ala Jahmiyah,

ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ุฌุนู„ ููŠ ูƒู„ ุฒู…ุงู† ูุชุฑุฉ ู…ู† ุงู„ุฑุณู„ ุจู‚ุงูŠุง ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ูŠุฏุนูˆู† ู…ู† ุถู„ ุฅู„ู‰ ุงู„ู‡ุฏู‰ ูˆูŠุตุจุฑูˆู† ู…ู†ู‡ู… ุนู„ู‰ ุงู„ุฃุฐู‰ ูŠุญูŠูˆู† ุจูƒุชุงุจ ุงู„ู„ู‡ ุงู„ู…ูˆุชู‰ ูˆูŠุจุตุฑูˆู† ุจู†ูˆุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู…ู‰ ููƒู… ู…ู† ู‚ุชูŠู„ ู„ุฅุจู„ูŠุณ ู‚ุฏ ุฃุญูŠูˆู‡ ูˆูƒู… ู…ู† ุถุงู„ ุชุงุฆู‡ ู‚ุฏ ู‡ุฏูˆู‡ ูู…ุง ุฃุญุณู† ุฃุซุฑู‡ู… ุนู„ู‰ ุงู„ู†ุงุณ ูˆุฃู‚ุจุญ ุฃุซุฑ ุงู„ู†ุงุณ ุนู„ูŠู‡ู…

Segala puji bagi Allah yang menjadikan generasi ulama sebagai pejuang di masa fatrah dari para rasul. Mereka mengajak orang yang sesat menujuk jalan petunjuk, bersabar terhadap setiap gangguan dari masyarakat. Mereka menghidupkan manusia yang mati hatinya dengan kitabullah.. dan membuat bisa melihat orang yang orang buta agama dengan cahaya Allah. Betapa banyak korban Iblis yang dia hidupkan, dan betapa banyak orang sesat dalam kebodohan yang mereka tunjukkan jalan hidayah. Sungguh indah kiprah mereka di tengah masyarakat, namun sungguh buruk sikap masyarakat yang tidak memahami hak mereka kepada ulama. (ar-Rad ‘ala al-Jahmiyah, hlm. 6)

Ketika orang yang berilmu wafat, maka ilmu mereka pun tetap kekal di tengah-tengah masyarakat. Di saat jasad mereka tertanam di tanah kuburan, pahala mereka tetap bermunculan. Para ulama mengatakan,

ูŠู…ูˆุช ุงู„ุนุงู„ู… ูˆูŠุจู‚ู‰ ูƒุชุงุจู‡

“Saat ulama pergi, buku-buku mereka tetap kekal abadi.”

Apakah ini juga berlaku untuk ilmu dunia?

Pertanyaan ini pernah disampaikan kepada Imam Ibnu Utsaimin.

Jawaban beliau,

ุงู„ุธุงู‡ุฑ ุฃู† ุงู„ุญุฏูŠุซ ุนุงู… ، ูƒู„ ุนู„ู… ูŠู†ุชูุน ุจู‡ ูุฅู†ู‡ ูŠุญุตู„ ู„ู‡ ุงู„ุฃุฌุฑ ، ู„ูƒู† ุนู„ู‰ ุฑุฃุณู‡ุง ูˆู‚ู…ุชู‡ุง ุงู„ุนู„ู… ุงู„ุดุฑุนูŠ ، ูู„ูˆ ูุฑุถู†ุง ุฃู† ุงู„ุฅู†ุณุงู† ุชูˆููŠ ูˆู‚ุฏ ุนู„ู… ุจุนุถ ุงู„ู†ุงุณ ุตู†ุนุฉ ู…ู† ุงู„ุตู†ุงุฆุน ุงู„ู…ุจุงุญุฉ ، ูˆุงู†ุชูุน ุจู‡ุง ู‡ุฐุง ุงู„ุฐูŠ ุชุนู„ู…ู‡ุง ูุฅู†ู‡ ูŠู†ุงู„ ุงู„ุฃุฌุฑ ، ูˆูŠุคุฌุฑ ุนู„ู‰ ู‡ุฐุง

Secara teks hadis, ilmu disini sifatnya umum, semua ilmu yang bermanfaat, bisa mendatangkan pahala. Hanya saja, yang paling bermanfaat adalah ilmu syariah. Andai ada orang yang wafat, dan dulu dia pernah mengajarkan tentang ketrampilan yang mubah, dan itu bermanfaat bagi orang yang diajari, maka dia mendapatkan pahala dan juga diberi pahala untuk memberikan ilmu semacam ini. (Liqaat Bab al-Maftuh, 117/16).

Kedua, Mengalirkan sungai yang mati

Maksudnya adalah membuat aliran pada sungai yang tertahan airnya, agar air tersebut bisa mengalir ke tempat-tempat pemukiman masyarakat, sehingga orang lain bisa memanfaatkannya.

Betapa besar kebaikan dari amalan yang mulia ini, memudahkan manusia memperoleh air yang merupakan kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan manusia.

Kata Syaikh Dr. Abdurrazaq, serupa dengan amalan ini adalah membangun penampungan air di tempat-tempat yang dibutuhkan manusia.

Ketiga, menggali sumur

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุจَูŠْู†َุง ุฑَุฌُู„ٌ ุจِุทَุฑِูŠู‚ٍ ุงุดْุชَุฏَّ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุงู„ْุนَุทَุดُ ูَูˆَุฌَุฏَ ุจِุฆْุฑًุง ูَู†َุฒَู„َ ูِูŠู‡َุง ูَุดَุฑِุจَ ، ุซُู…َّ ุฎَุฑَุฌَ ูَุฅِุฐَุง ูƒَู„ْุจٌ ูŠَู„ْู‡َุซُ ูŠَุฃْูƒُู„ُ ุงู„ุซَّุฑَู‰ ู…ِู†ْ ุงู„ْุนَุทَุดِ ، ูَู‚َุงู„َ ุงู„ุฑَّุฌُู„ُ ู„َู‚َุฏْ ุจَู„َุบَ ู‡َุฐَุง ุงู„ْูƒَู„ْุจَ ู…ِู†ْ ุงู„ْุนَุทَุดِ ู…ِุซْู„ُ ุงู„َّุฐِูŠ ูƒَุงู†َ ุจَู„َุบَ ู…ِู†ِّูŠ ، ูَู†َุฒَู„َ ุงู„ْุจِุฆْุฑَ ูَู…َู„َุง ุฎُูَّู‡ُ ู…َุงุกً ูَุณَู‚َู‰ ุงู„ْูƒَู„ْุจَ ูَุดَูƒَุฑَ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„َู‡ُ ูَุบَูَุฑَ ู„َู‡ُ ، ู‚َุงู„ُูˆุง ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ ูˆَุฅِู†َّ ู„َู†َุง ูِูŠ ุงู„ْุจَู‡َุงุฆِู…ِ ู„َุฃَุฌْุฑًุง ؟ ูَู‚َุงู„َ : ูِูŠ ูƒُู„ِّ ุฐَุงุชِ ูƒَุจِุฏٍ ุฑَุทْุจَุฉٍ ุฃَุฌْุฑٌ

“Suatu ketika ada seorang lelaki yang merasakan sangat kehausan, lalu ia menjumpai sebuah sumur. Dipun turun, lalu meminum airnya. Setelah itu ia naik lagi. Sesampainya di atas, dia melihat seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya memakan tanah yang lembab saking hausnya. Lelaki itu mengatakan, ‘Anjing ini pasti merasa sangat kehausan sebagaimana hausku tadi’.

Lalu ia kembali turun ke dalam sumur dan memenuhi sepatunya dengan air. Setelah itu ia beri minum anjing tersebut. (Oleh karena perbuatannya) Allah pun bersyukur kepadanya dan mengampuninya.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah perbuatan baik kita terhadap hewan mendapat ganjaran pahala?” Rasulullah menjawab, “Pada setiap Ya, pada setiap nyawa itu ada ganjaran pahala.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Jika hanya dengan memberi minum seekor anjing bisa menyebabkan semua dosanya terampuni, bagaimana pula dengan orang yang membuat sebuah sumur, yang bisa dimanfaatkan banyak orang?! Tentu pahalanya sangat besar.

Keempat, menanam pohon kurma.

Mengapa kurma?

Kurma adalah pohon yang paling utama dan paling bermanfaat untuk manusia, barangsiapa yang menanam kurma lalu membagikan buahnya kepada kaum muslimin, maka pahalanya akan ia dapatkan dari setiap butir kurma yang dimakan. Dan setiap orang ataupun hewan bisa memperoleh manfaat dari buah kurma.

Sama halnya dengan orang yang menanam pohon yang bermanfaat lainnya, baik bermanfaat karena buahnya atau bermanfaat karena teduhnya atau karena lainnya. Dia juga akan memperoleh pahala.

Dalam hadis ini disebutkan kurma, karenakan keutamaan dan keistimewaan kurma yang tidak dimiliki pohon lainnya.

Kelima, membangun masjid.

Masjid adalah tempat yang paling dicintai Allah.

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุฃَุญَุจُّ ุงู„ْุจِู„َุงุฏِ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ู…َุณَุงุฌِุฏُู‡َุง ูˆَุฃَุจْุบَุถُ ุงู„ْุจِู„َุงุฏِ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฃَุณْูˆَุงู‚ُู‡َุง

“Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim 1560)

Karena di masjid, nama Allah diagungkan dan ditinggikan. Tempat ditegakkan shalat, ayat-ayat al-Quran dibacakan, ilmu agama disebarkan, umat Islam berkumpul, untuk maslahat agung lainnya. Allah memuji masjid dalam al-Quran,

ูِูŠ ุจُูŠُูˆุชٍ ุฃَุฐِู†َ ุงู„ู„َّู‡ُ ุฃَู†ْ ุชُุฑْูَุนَ ูˆَูŠُุฐْูƒَุฑَ ูِูŠู‡َุง ุงุณْู…ُู‡ُ ูŠُุณَุจِّุญُ ู„َู‡ُ ูِูŠู‡َุง ุจِุงู„ْุบُุฏُูˆِّ ูˆَุงู„ْุขَุตَุงู„ِ

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.” (QS. an-Nur: 36).

Karena itu, orang yang membangun masjid, dia akan memperoleh pahala dari setiap aktivitas kebaikan yang dilakukan di masjid tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู…َู†ْ ุจَู†َู‰ ู…َุณْุฌِุฏًุง ู„ِู„َّู‡ِ ูŠَุจْุชَุบِูŠ ุจِู‡ِ ูˆَุฌْู‡َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุจَู†َู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„َู‡ُ ุจَูŠْุชًุง ูِูŠ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ

“Barangsiapa yang membangun sebuah masjid karena mengharap wajah Allah, maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Keenam, menghadiahkan mushaf al-Quran

Menghadiahkan al-Quran berarti memberi fasilitas orang lain untuk bisa mendapatkan pahala sebanyak huruf yang dibaca dalam al-Quran. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู…َู†ْ ู‚َุฑَุฃَ ุญَุฑْูًุง ู…ِู†ْ ูƒِุชَุงุจِ ุงู„ู„َّู‡ِ ูَู„َู‡ُ ุจِู‡ِ ุญَุณَู†َุฉٌ ูˆَุงู„ْุญَุณَู†َุฉُ ุจِุนَุดْุฑِ ุฃَู…ْุซَุงู„ِู‡َุง

Siapa yang membaca satu huruf dalam al-Quran maka dia mendapatkan satu pahala. Dan satu pahala dilipatkan 10 kali. (HR. Turmudzi 3158).

Terutama ketika hadiah al-Quran itu tepat sasaran. Benar-benar diberikan kepada mereka yang rajin membaca al-Quran atau mereka yang menghafalkan al-Quran. Sangat disayangkan, jika al-Quran yang kita berikan itu salah sasaran. Diterima oleh mereka yang jarang membaca al-Quran, kecuali di bulan ramadhan.

Ketujuh, anak soleh

Anak soleh, harta yang paling tidak ternilai.

Ketika orang tua mendidik anaknya, maka dia akan mendapatkan pahala dari amal soleh yang dilakukan anaknya. Karena setiap orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain, dia akan mendapatkan pahala selama orang itu mengamalkan ilmunya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู…َู†ْ ุฏَุนَุง ุฅِู„َู‰ ู‡ُุฏًู‰ ูƒَุงู†َ ู„َู‡ُ ู…ِู†ْ ุงู„ْุฃَุฌْุฑِ ู…ِุซْู„ُ ุฃُุฌُูˆุฑِ ู…َู†ْ ุชَุจِุนَู‡ُ ู„َุง ูŠَู†ْู‚ُุตُ ุฐَู„ِูƒَ ู…ِู†ْ ุฃُุฌُูˆุฑِู‡ِู…ْ ุดَูŠْุฆًุง ูˆَู…َู†ْ ุฏَุนَุง ุฅِู„َู‰ ุถَู„َุงู„َุฉٍ ูƒَุงู†َ ุนَู„َูŠْู‡ِ ู…ِู†ْ ุงู„ْุฅِุซْู…ِ ู…ِุซْู„ُ ุขุซَุงู…ِ ู…َู†ْ ุชَุจِุนَู‡ُ ู„َุง ูŠَู†ْู‚ُุตُ ุฐَู„ِูƒَ ู…ِู†ْ ุขุซَุงู…ِู‡ِู…ْ ุดَูŠْุฆًุง

Siapa yang mengajak ke jalan petunjuk, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya siapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HR. Muslim 2674).

Sehingga tidak semua orang tua mendapatkan pahala dari amal anaknya. Kecuali jika orang tua yang mengajarkan kebaikan atau mengarahkan anak itu untuk belajar kebaikan.

Syaikhul Islam mengatakan,

ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู„ู… ูŠุฌุนู„ ู„ู„ุฃุจ ู…ุซู„ ุนู…ู„ ุฌู…ูŠุน ุงุจู†ู‡ ، ูˆู„ุง ู†ุนู„ู… ุฏู„ูŠู„ุง ุนู„ู‰ ุฐู„ูƒ ، ูˆุฅู†ู…ุง ุฌุนู„ ู…ุง ูŠุฏุนูˆู‡ ุงู„ุงุจู† ู„ู‡ ู…ู† ุนู…ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ู„ุง ูŠู†ู‚ุทุน

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah menjadikan pahala untuk bapak sama dengan pahala amal anaknya. Kami tidak mengetahui adanya dalil tentang itu. Namun beliau jadikan ajakan kebaikan kepada anaknya, bagian dari amal orang tuanya, yang tidak akan terputus. (Jami’ul Masail Ibnu Taimiyah, 4/266).

Hadis Kedua

Kemudian hadis kedua, hadis  dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุฅِู†َّ ู…ِู…َّุง ูŠَู„ْุญَู‚ُ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†َ ู…ِู†ْ ุนَู…َู„ِู‡ِ ูˆَุญَุณَู†َุงุชِู‡ِ ุจَุนْุฏَ ู…َูˆْุชِู‡ِ ุนِู„ْู…ًุง ุนَู„َّู…َู‡ُ ูˆَู†َุดَุฑَู‡ُ ، ูˆَูˆَู„َุฏًุง ุตَุงู„ِุญًุง ุชَุฑَูƒَู‡ُ ، ูˆَู…ُุตْุญَูًุง ูˆَุฑَّุซَู‡ُ ، ุฃَูˆْ ู…َุณْุฌِุฏًุง ุจَู†َุงู‡ُ ، ุฃَูˆْ ุจَูŠْุชًุง ู„ِุงุจْู†ِ ุงู„ุณَّุจِูŠู„ِ ุจَู†َุงู‡ُ ، ุฃَูˆْ ู†َู‡ْุฑًุง ุฃَุฌْุฑَุงู‡ُ ، ุฃَูˆْ ุตَุฏَู‚َุฉً ุฃَุฎْุฑَุฌَู‡َุง ู…ِู†ْ ู…َุงู„ِู‡ِ ูِูŠ ุตِุญَّุชِู‡ِ ูˆَุญَูŠَุงุชِู‡ِ ูŠَู„ْุญَู‚ُู‡ُ ู…ِู†ْ ุจَุนْุฏِ ู…َูˆْุชِู‡ِ

Diantara pahala amal mukmin yang akan tetap mengalir setelah kematiannya adalah ilmu yang dia sebarkan, anak soleh yang dia tinggalkan, mushaf yang dia wariskan, masjid yang dia bangun, rumah untuk Ibnu Sabil (orang yang di perjalanan), atau sungai yang dia alirkan, sedekah hartanya yang dia keluarkan ketika masih sehat dan kuat, yang masih dimanfaatkan setelah dia meninggal. (HR. Ibnu Majah 249 dan dihasankan al-Albani)

Sabda beliau “atau sebuah rumah yang dibangun untuk para musafir” ini menjelaskan tentang keutamaan membangun rumah yang diwakafkan untuk kepentingan umat Islam, baik itu untuk musafir, atau untuk penuntut ilmu, atau untuk anak yatim, atau untuk para janda, dan fakir miskin.

Dalam hadis lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,

ุฅِุฐَุง ู…َุงุชَ ุงุจู† ุขุฏู… ุงู„ْุฅِู†ْุณَุงู†ُ ุงู†ْู‚َุทَุนَ ุนَู†ْู‡ُ ุนَู…َู„ُู‡ُ ุฅِู„َّุง ู…ِู†ْ ุซู„ุงุซ ุซَู„َุงุซَุฉٍ : ุฅِู„َّุง ู…ِู†ْ ุตَุฏَู‚َุฉٍ ุฌَุงุฑِูŠَุฉٍ ، ุฃَูˆْ ุนِู„ْู…ٍ ูŠُู†ْุชَูَุนُ ุจِู‡ِ ، ุฃَูˆْ ูˆَู„َุฏٍ ุตَุงู„ِุญٍ ูŠَุฏْุนُูˆ ู„َู‡ُ

“Apabila anak Adam meninggal, maka terputus darinya semua amalan kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim 4310)

Para ulama menafsirkan sedekah jariyah dengan wakaf, karena fisiknya tetap dan manfaatnya berkelanjutan.

Al-Khatib as-Syarbini – ulama syafiiyah – (w. 977 H). Dalam Mughni al-Muhtaj, beliau mengatakan,

ุงู„ุตุฏู‚ุฉ ุงู„ุฌุงุฑูŠุฉ ู…ุญู…ูˆู„ุฉ ุนู†ุฏ ุงู„ุนู„ู…ุงุก ุนู„ู‰ ุงู„ูˆู‚ู ูƒู…ุง ู‚ุงู„ู‡ ุงู„ุฑุงูุนูŠ ، ูุฅู† ุบูŠุฑู‡ ู…ู† ุงู„ุตุฏู‚ุงุช ู„ูŠุณุช ุฌุงุฑูŠุฉ

“Sedekah jariyah dipahami sebagai wakaf menurut para ulama, sebagaimana keterangan ar-Rafi’i. Karena sedekah lainnya bukan sedekah jariyah.” (Mughni al-Muhtaj, 3/522).

Diantara semangat beramal para sahabat, mereka yang mampu, semuanya pernah wakaf.

Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma menuturkan,

ู„َู€ู…ْ ูŠَูƒُู†ْ ุฃَุญَุฏٌ ู…ِู†ْ ุฃَุตْุญَุงุจِ ุงู„ู†َّุจِู€ูŠِّ ุตَู„ّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนู„ูŠู‡ِ ูˆุณَู„ّู… ุฐُูˆ ู…َู‚ุฏِุฑَุฉ ุฅِู„ّุง ูˆَู‚َูَ

Tidak ada seorangpun sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki kemampuan, kecuali mereka wakaf. (Ahkam al-Auqaf, Abu Bakr al-Khasshaf, no. 15 dan disebutkan dalam Irwa’ al-Ghalil, 6/29).

Selain beberapa amalan yang di atas, masih ada amalan lainnya yang pahalanya tetap mengalir ketika pelakunya sudah meninggal. Amalan tersebut adalah berjihad di jalan Allah, menghadang musuh dan melindungi kaum muslimin.

Dari Salman al-Farisi radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุฑِุจَุงุทُ ูŠَูˆْู…ٍ ูˆَู„َูŠْู„َุฉٍ ุฎَูŠْุฑٌ ู…ِู†ْ ุตِูŠَุงู…ِ ุดَู‡ْุฑٍ ูˆَู‚ِูŠَุงู…ِู‡ِ ูˆَุฅِู†ْ ู…َุงุชَ ุฌَุฑَู‰ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุนَู…َู„ُู‡ُ ุงู„َّุฐِูŠ ูƒَุงู†َ ูŠَุนْู…َู„ُู‡ُ ูˆَุฃُุฌْุฑِูŠَ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุฑِุฒْู‚ُู‡ُ ูˆَุฃَู…ِู†َ ุงู„ْูَุชَّุงู†َ

“Berjaga di daerah perbatasan sehari semalam, lebih baik dari pada puasa dan tahajud selama satu bulan. Apabila ia wafat dalam perang tersebut, pahala dari amalnya ini tetap mengalir, demikian juga rezekinya, dan dia aman dari fitnah.” (HR. Muslim 5047).

Allahu a’lam

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)



Read more https://konsultasisyariah.com/26263-amalan-yang-pahalanya-terus-mengalir-setelah-kematian.html


Kamis, 13 Agustus 2020

 Islam telah menetapkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua merupakan suatu bentuk kewajiban bagi para pemeluknya. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal ini, di antaranya:

Allah ta’ala berfirman:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.” (QS. Al-Isra: 23)

Juga firman-Nya,


“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua.” (QS. An-Nisa: 36)

Bahkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menegaskan juga bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling dicintai Allah setelah shalat.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata,

ุณَุฃَู„ْุชُ ุงู„ู†َّุจِูŠَّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุฃَูŠُّ ุงู„ْุนَู…َู„ِ ุฃَุญَุจُّ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ู‚َุงู„َ ุงู„ุตَّู„َุงุฉُ ุนَู„َู‰ ูˆَู‚ْุชِู‡َุง ู‚َุงู„َ ุซُู…َّ ุฃَูŠٌّ ู‚َุงู„َ ุจِุฑُّ ุงู„ْูˆَุงู„ِุฏَูŠْู†ِ ู‚َุงู„َ ุซُู…َّ ุฃَูŠٌّ ู‚َุงู„َ ุงู„ْุฌِู‡َุงุฏُ ูِูŠ ุณَุจِูŠู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ

Aku bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, “Amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Mendirikan shalat pada waktunya.” Aku bertanya kembali, “Kemudian apa?” Jawab Beliau, “Berbakti kepada ke orang tua,” lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, “Kemudian?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Tidak Hanya Semasa Hidup

Namun, harus kita ketahui bahwa berbakti kepada orang tua tidak hanya dilakukan pada saat keduanya masih hidup, tetapi juga ketika mereka sudah meninggal. Pada kesempatan ini akan kami sampaikan bagaimana berbakti kepada kedua orang tua tatkala mereka sudah meninggal.

Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, berkata, “Ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

 ู†َุนَู…ِ ุงู„ุตَّู„ุงَุฉُ ุนَู„َูŠْู‡ِู…َุง ูˆَุงู„ุงِุณْุชِุบْูَุงุฑُ ู„َู‡ُู…َุง ูˆَุฅِู†ْูَุงุฐُ ุนَู‡ْุฏِู‡ِู…َุง ู…ِู†ْ ุจَุนْุฏِู‡ِู…َุง ูˆَุตِู„َุฉُ ุงู„ุฑَّุญِู…ِ ุงู„َّุชِู‰ ู„ุงَ ุชُูˆุตَู„ُ ุฅِู„ุงَّ ุจِู‡ِู…َุง ูˆَุฅِูƒْุฑَุงู…ُ ุตَุฏِูŠู‚ِู‡ِู…َุง

Iya mendoakan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

Bagaimana rinciannya?

1. Bersungguh-sungguh dalam Beramal

Hendaknya seorang anak bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. Karena setiap amal shalih yang dilakukan oleh seorang anak maka orang tua juga akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala yang didapat seorang anak tanpa mengurangi pahala sang anak.

Allah ta’ala berfirman,

“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)

Seorang anak adalah bagian dari usaha ayahnya.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,

ุฅِู†َّ ุฃَุทْูŠَุจَ ู…َุง ุฃَูƒَู„ْุชُู…ْ ู…ِู†ْ ูƒَุณْุจِูƒُู…ْ ูˆَุฅِู†َّ ุฃَูˆْู„َุงุฏَูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ูƒَุณْุจِูƒُู…ْ

“Sesungguhnya sebaik-baik makanan yang kalian makan adalah makan dari hasil yang kalian usahakan. Sesungguhnya anak-anak merupakan bagian dari yang kalian usahakan” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

Oleh karena itu, tidak perlu bagi anak ketika dia shalat atau puasa kemudian berkata pahala ibadah ini aku persembahkan untuk orang tua saya, karena pahala tetap mengalir tanpa ia persembahkan sekaligus.

2. Mendoakannya

Salah satu cara berbakti ketika orang tua sudah meninggal adalah mendoakannya dan memohonkan ampunan untuknya kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman,

ูˆَู‚ُู„ْ ุฑَุจِّ ุงุฑْุญَู…ْู‡ُู…َุง ูƒَู…َุง ุฑَุจَّูŠَุงู†ِูŠ ุตَุบِูŠุฑًุง

“Berdoalah, Ya Allah, berilah rahmat kepada mereka (kedua orang tua), sebagaimana mereka merawatku ketika kecil.” (QS. Al-Isra: 24)

Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam bersabda,

ุฅِุฐَุง ู…َุงุชَ ุงู„ْุฅِู†ْุณَุงู†ُ ุงู†ْู‚َุทَุนَ ุนَู†ْู‡ُ ุนَู…َู„ُู‡ُ ุฅِู„َّุง ู…ِู†ْ ุซَู„َุงุซَุฉٍ: ุฅِู„َّุง ู…ِู†ْ ุตَุฏَู‚َุฉٍ ุฌَุงุฑِูŠَุฉٍ، ุฃَูˆْ ุนِู„ْู…ٍ ูŠُู†ْุชَูَุนُ ุจِู‡ِ، ุฃَูˆْ ูˆَู„َุฏٍ ุตَุงู„ِุญٍ ูŠَุฏْุนُูˆ ู„َู‡ُ

“Apabila seseorang mati, seluruh amalnya akan terputus kecuali 3 hal: sedekah jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim, Nasai dan yang lainnya).

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga bersabda,

ุฅِู†َّ ุงู„ุฑَّุฌُู„َ ู„َุชُุฑْูَุนُ ุฏَุฑَุฌَุชُู‡ُ ูِูŠ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ุฃَู†َّู‰ ู„ِูŠْ ู‡َุฐَุง ูَูŠُู‚َุงู„ُ ุจِุงุณْุชِุบْูَุงุฑِ ูˆَู„َุฏِูƒَ ู„َูƒَ

Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat kedudukannya di Surga kelak. Ia pun bertanya, “Bagaimana hal ini?” Maka dijawab: “Lantaran istighfar anakmu untukmu. (HR. Ibnu Majah)

3. Menyambung Silaturahim

Termasuk berbakti ketika sudah meninggal adalah menyambung silaturahim dengan saudara-saudara orang tua dan memuliakan teman orang tua semasa hidup.

Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam bersabda,

ุฅِู†َّ ุฃَุจَุฑَّ ุงู„ْุจِุฑِّ ุตِู„َุฉُ ุงู„ْูˆَู„َุฏِ ุฃَู‡ْู„َ ูˆُุฏِّ ุฃَุจِูŠู‡ِ

Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya.”  (HR. Muslim)

Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam bersabda,

ู…ู† ุฃุญุจ ุฃู† ูŠุตู„ ุฃุจุงู‡ ููŠ ู‚ุจุฑู‡ ูู„ูŠุตู„ ุฅุฎูˆุงู† ุฃุจูŠู‡ ุจุนุฏู‡

“Barangsiapa yang ingin menyambung ayahnya di kuburannya, maka hendaknya ia menyambung teman-teman ayahnya dahulu waktu hidupnya.” (HR. Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih)

4. Bersedekah atas Nama Orang Tua

Termasuk berbakti adalah bersedekah atas nama kedua orang tua

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa ada seorang lelaki yang berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ุฅِู†َّ ุฃُู…ِّูŠَ ุงูْุชُู„ِุชَุชْ ู†َูْุณَู‡َุง ูˆَู„َู…ْ ุชُูˆุตِ، ูˆَุฃَุธُู†ُّู‡َุง ู„َูˆْ ุชَูƒَู„َّู…َุชْ ุชَุตَุฏَّู‚َุชْ، ุฃَูَู„َู‡َุง ุฃَุฌْุฑٌ، ุฅِู†ْ ุชَุตَุฏَّู‚ْุชُ ุนَู†ْู‡َุง؟ ู‚َุงู„َ: ู†َุนَู…ْ ุชَุตَุฏَّู‚ْ ุนَู†ْู‡َุง

“Ibuku mati mendadak, sementara beliau belum berwasiat. Saya yakin, andaikan beliau sempat berbicara, beliau akan bersedekah. Apakah beliau akan mendapat aliran pahala, jika saya bersedekah atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya. Bersedekahlah atas nama ibumu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis yang lain, dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa ibunya Sa’d bin Ubadah meninggal dunia, ketika Sa’d tidak ada di rumah. Sa’d berkata,

ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฅِู†َّ ุฃُู…ِّูŠ ุชُูˆُูِّูŠَุชْ ูˆَุฃَู†َุง ุบَุงุฆِุจٌ ุนَู†ْู‡َุง، ุฃَูŠَู†ْูَุนُู‡َุง ุดَูŠْุกٌ ุฅِู†ْ ุชَุตَุฏَّู‚ْุชُ ุจِู‡ِ ุนَู†ْู‡َุง؟ ู‚َุงู„َ: ู†َุนَู…ْ

“Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dan ketika itu aku tidak hadir. Apakah dia mendapat aliran pahala jika aku bersedekah harta atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.” (HR. al-Bukhari)

Demikianlah bentuk berbakti ketika kedua orang tua kita sudah meninggal. Wallahu a’lam bishawab.

Arif Ardiansyah, Lc

Sumber: Tabsiratul anam bilhuquqi fil Islam, Shalih bin Thaha Abdul Wahid dengan beberapa tambahan dari sumber lain.


Sabtu, 08 Agustus 2020

 Abu Hamid al-Ghazali mengatakan:

ูَุฅِู†َْู‡َุง ุฅِุฐَุง ูƒَุงู†َุชْ ุณَู„ِูŠْุทَุฉً ุจَุฐِูŠْุฆَุฉَ ุงู„ู„ِّุณَุงู†ِ ุณَูŠَّุฉَ ุงู„ْุฎُู„ُู‚ِ ูƒَุงูِุฑَุฉً ู„ِู„ู†ِّุนَู…ِ ูƒَุงู†َ ุงู„ุถَّุฑَุฑُ ู…ِู†ْู‡َุง ุฃَูƒْุซَุฑُ ู…ِู†َ ุงู„ู†َّูْุนُ ูˆَุงู„ุตَّุจْุฑُ ุนَู„َู‰ ู„ِุณَุงู†ِ ุงู„ู†ِّุณَุงุกِ ู…ِู…َّุง ูŠُู…ْุชَุญَู†ُ ุจِู‡ِ ุงู„ْุฃَูˆْู„ِูŠَุงุกُ

“Jika isteri itu lisannya pedas, kosa katanya jelek, buruk perangainya dan suka lupa kebaikan suami, dampak buruk menikahinya itu lebih besar dibandingkan manfaatnya. Bersabar menghadapi jeleknya lisan perempuan adalah ujian yang jamak dirasakan oleh para kekasih Allah.” (Ihya’ Ulumuddin 2/44, Dar al-Fikr)

Tidak semua orang itu mendapatkan bahagia dengan berumah tangga.

Salah pilih pasangan sehingga mendapatkan yang jelek akhlak dan perangai menyebabkan menikah lebih menderita dibandingkan sebelum menikah.

Jangan jadikan menikah itu segalanya dalam hidup ini.

Yang paling “bengkok” dari perempuan adalah lisan dan kata-katanya.

Para kekasih Allah, lelaki yang paling baik adalah orang yang paling semangat berbuat baik isterinya.

Karenanya ketika lisan isteri sedang “bengkok” sering kali para kekasih Allah ini lebih memilih untuk diam dari pada melayani isteri pedas menusuk kata-katanya.

Karena mengalah itu bukan berarti kalah.

Semoga Allah Ta’ala memberikan kebahagiaan hidup berumah tangga untuk semua orang yang membaca dan menshare pesan ini.

Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P



Read more https://konsultasisyariah
.com/36381-istri-yang-pedas-lisannya-ujian-para-kekasih-allah.html

Selasa, 04 Agustus 2020

Istiqamah Setelah Ramadhan

Oleh: Ustadz Abdullah Taslim, MA


Tidak terasa, waktu begitu cepat berlalu, dan bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan dan keutamaan berlalu sudah. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang celaka karena tidak mendapatkan pengampunan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala selama bulan Ramadhan, sebagaimana yang tersebut dalam doa yang diucapkan oleh malaikat Jibril ‘alaihissalam dan diamini oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni (oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala)”[1].

Salah seorang ulama salaf berkata: “Barangsiapa yang tidak diampuni dosa-dosanya di bulan Ramadhan maka tidak akan diampuni dosa-dosanya di bulan-bulan lainnya”[2].

Oleh karena itu, mohonlah dengan sungguh-sungguh kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar Dia menerima amal kebaikan kita di bulan yang penuh berkah ini dan mengabulkan segala doa dan permohonan ampun kita kepada-Nya, sebagaimana sebelum datangnya bulan Ramadhan kita berdoa kepada-Nya agar Dia Subhanahu Wa Ta’ala mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan dalam keadaan hati kita kita dipenuhi dengan keimanan dan pengharapan akan ridha-Nya. Imam Mu’alla bin al-Fadhl berkata: “Dulunya (para salaf) berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala (selama) enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya (selama) enam bulan (berikutnya) agar Dia menerima (amal-amal shaleh) yang mereka (kerjakan)”[3].

Lalu muncul satu pertanyaan besar dengan sendirinya: Apa yang tertinggal dalam diri kita setelah Ramadhan berlalu? Bekas-bekas kebaikan apa yang terlihat pada diri kita setelah keluar dari madrasah bulan puasa?

Apakah bekas-bekas itu hilang seiring dengan berlalunya bulan itu? Apakah amal-amal kebaikan yang terbiasa kita kerjakan di bulan itu pudar setelah puasa berakhir?

Jawabannya ada pada kisah berikut ini:

Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi pernah ditanya tentang orang-orang yang (hanya) rajin dan sungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadhan, maka beliau menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan, (hamba Allah) yang shaleh adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah dalam setahun penuh”[4].

Demi Allah, inilah hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sejati, yang selalu menjadi hamba-Nya di setiap tempat dan waktu, bukan hanya di waktu dan tempat tertentu.

Imam asy-Syibli pernah ditanya: Mana yang lebih utama, bulan Rajab atau bulan Sya’ban? Maka beliau menjawab: “Jadilah kamu seorang Rabbani (hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang selalu beribadah kepada-Nya di setiap waktu dan tempat), dan janganlah kamu menjadi seorang Sya’bani (orang yang hanya beribadah kepada-Nya di bulan Sya’ban atau bulan tertentu lainnya)”[5].

Maka sebagaimana kita membutuhkan dan mengharapkan rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala di bulan Ramadhan, bukankah kita juga tetap membutuhkan dan mengharapkan rahmat-Nya di bulan-bulan lainnya? Bukankah kita semua termasuk dalam firman-Nya:

{ูŠَุง ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„ู†َّุงุณُ ุฃَู†ْุชُู…ُ ุงู„ْูُู‚َุฑَุงุกُ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุงู„ู„َّู‡ُ ู‡ُูˆَ ุงู„ْุบَู†ِูŠُّ ุงู„ْุญَู…ِูŠุฏ}

“Hai manusia, kalian semua butuh kepada (rahmat) Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS Faathir: 15).

Inilah makna istiqamah yang sesungguhnya dan inilah pertanda diterimanya amal shaleh seorang hamba. Imam Ibnu Rajab berkata: “Sesungguhnya Allah jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Dia akan memberi taufik kepada hamba-Nya tersebut untuk beramal shaleh setelahnya, sebagaimana ucapan salah seorang dari mereka (ulama salaf): Ganjaran perbuatan baik adalah (taufik dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk melakukan) perbuatan baik setelahnya. Maka barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan amal kebaikan lagi setelahnya, maka itu merupakan pertanda diterimanya amal kebaikannya yang pertama (oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala), sebagaimana barangsiapa yang mengerjakan amal kebakan, lalu dia dia mengerjakan perbuatan buruk (setelahnya), maka itu merupakan pertanda tertolak dan tidak diterimanya amal kebaikan tersebut”[6].

Oleh karena itulah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mensyariatkan puasa enam hari di bulan Syawwal, yangkeutamannya sangat besar yaitu menjadikan puasa Ramadhan dan puasa enam hari di bulan Syawwal pahalanya seperti puasa setahun penuh, sebagaimana sabda Rasululah Subhanahu Wa Ta’ala: “Barangsiapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan (puasa sunnah) enam hari di bulan Syawwal, maka (dia akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh”[7].

Di samping itu juga untuk tujuan memenuhi keinginan hamba-hamba-Nya yang shaleh dan selalu rindu untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan puasa dan ibadah-ibadah lainnya, karena mereka adalah orang-orang yang merasa gembira dengan mengerjakan ibadah puasa. Rasulullah  bersabda: “Orang yang berpuasa akan merasakan dua kegembiraan (besar): kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia bertemu Allah”[8].

Inilah bentuk amal kebaikan yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit”[9].

Ummul mu’minin ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mengerjakan suatu amal (kebaikan) maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menetapinya”[10].

Inilah makna istiqamah setelah bulan Ramadhan, inilah tanda diterimanya amal-amal kebaikan kita di bulan yang berkah itu, maka silahkan menilai diri kita sendiri, apakah kita termasuk orang-orang yang beruntung dan diterima amal kebaikannya atau malah sebaliknya.

{ูَุงุนْุชَุจِุฑُูˆุง ูŠَุง ุฃُูˆู„ِูŠ ุงู„ุฃุจْุตَุงุฑِ}

“Maka ambillah pelajaran (dari semua ini), wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat” (QS al-Hasyr: 2).

ูˆุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ูˆุณู„ู… ูˆุจุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ุฃุฌู…ุนูŠู†، ูˆุขุฎุฑ ุฏุนูˆุงู†ุง ุฃู† ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุฑุจ ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู†

______

Footnote:

1 HR Ahmad (2/254), al-Bukhari dalam “al-Adabul mufrad” (no. 644), Ibnu Hibban (no. 907) dan al-Hakim (4/170), dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Hakim, adz-Dzahabi dan al-Albani.
2 Dinukil oleh imam Ibnu Rajab dalam kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 297).
3 Dinukil oleh imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 174).
4 Dinukil oleh imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 313).
5 Ibid.
6 Kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 311).
7 HSR Muslim (no. 1164).
8 HSR al-Bukhari (no. 7054) dan Muslim (no. 1151).
9 HSR al-Bukhari (no. 6099) dan Muslim (no. 783).
10 HSR Muslim (no. 746).

Read more https://konsultasisyariah.com/36398-istiqamah-setelah-ramadhan.html



⚘Beberapa survey menyebutkan bahwa para istri tidak merasakan kenikmatan ini dan sebagian mereka menyembunyikan bahkan berbohong dari suami mereka, entah karena untuk menghibur suami atau alasan yang lain. Agama Islam yang lengkap dan sempurna telah mengatur hal ini.

๐Ÿ“š Ada tiga faktor utama penyebabnya:

๐Ÿ”ธPertama: suami cuek dan mau menang sendiri

Mungkin hal ini dilalaikan oleh sebagian suami, para suami ini hanya berpikir bagaimana mereka menunaikan hajat dan merasakan kepuasan kemudian selsai dan habis, titik. Memulai dengan kaku dan dingin tanpa pemanasan kemudian ditutup dengan Istri ditinggal tidur atau langsung pergi tanpa ada kata-kata penutup romantis yang sangat dinanti oleh istri.

๐Ÿ”ธKedua: istri malu mengungkapkan dan berkomunikasi

Kemudian faktor lainnya, sebagian istri juga berbalut rasa malu dan segan ingin mengungkapkan keinginannya. Memang sifat dasar wanita yang berbalut malu. Padahal tidak sedikit wanita yang sangat berharap dan mereka juga sama dengan lelaki, jika tidak disentuh maka akan berpengaruh dengan emosi dan psikologis mereka.

๐Ÿ”ธKetiga: wanita lebih butuh terhadap perhatian, kasih sayang dan belaian

⚘Selain itu beberapa wanita tidak seperti laki-laki dimana jima’ adalah kebutuhan primer, karena kebutuhan primer wanita berupa perhatian, kasih sayang dan belaian terkadang melebihi kebutuhan jima’. Sehingga ada beberapa wanita yang sudah merasa cukup dengan perhatian, kata-kata lembut nan romantis serta belaian meskipun tidak mendapatkan kenikmatan dalam berjima’. Akan tetapi tetap saja yang satu ini diharapkan juga oleh wanita sebagaimana agama Islam memperhatikan hal ini.

⤵Patutlah para suami memperhatikan perkataan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, beliau berkata,

ู„ุง ุชูˆุงู‚ุนู‡ุง ุฅู„ุง ูˆู‚ุฏ ุฃุชุงู‡ุง ู…ู† ุงู„ุดู‡ูˆุฉ ู…ุซู„ ู…ุง ุฃุชุงูƒ ู„ูƒูŠู„ุง ุชุณุจู‚ู‡ุง ุจุงู„ูุฑุงุบ

”Janganlah kamu menjima’ istrimu, kecuali dia (istrimu) telah mendapatkan syahwat seperti yang engkau dapatkan, supaya engkau tidak mendahului dia menyelesaikan jima’nya (maksudnya engkau mendapatkan kenikmatan sedangkan istrimu tidak).”

 ๐Ÿ’ Wanita juga punya nafsu syahwat seperti laki-laki

⤵Ini perlu diketahui oleh para suami karena hakikatnya laki-laki dan wanita sama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ุฅู†ู…ุง ุงู„ู†ุณุงุก ุดู‚ุงุฆู‚ ุงู„ุฑุฌุงู„

“Sesungguhnya wanita itu saudara kandung laki-laki.” 

⤵Syaikh Muhammad bin shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,

:ุฃู†ู‡ ุฅุฐุง ุฃุชู‰ ุฃู‡ู„ู‡ ูู‚ุฏ ุฃุญุณู† ุฅู„ู‰ ุฃู‡ู„ู‡، ู„ุฃู† ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุนู†ุฏู‡ุง ู…ู† ุงู„ุดู‡ูˆุฉ ู…ุง ุนู†ุฏ ุงู„ุฑุฌู„، ูู‡ูŠ ุชุดุชู‡ูŠ ุงู„ุฑุฌู„ ูƒู…ุง ูŠุดุชู‡ูŠู‡ุง، ูุฅุฐุง ุฃุชุงู‡ุง ุตุงุฑ ู…ุญุณู†ุงً ุฅู„ูŠู‡ุง ูˆุตุงุฑ ุฐู„ูƒ ุตุฏู‚ุฉ.

“jika seorang laki-laki “mendatangi” istrinya hendaklah “berbuat baik” kepadanya. Karena wanita memiliki syahwat sebagaimana laki-laki. Wanita juga mempunyai “keinginan” sebagaimana laki-laki mempunyai “keinginan”. Jika ia mendatangi istri dengan “berbuat baik” padanya maka ini termasuk sedekah.”

Tidak sedikit juga wanita yang memiliki “keinginan” yang lebih besar bahkan tidak disangka-sangka oleh suami mereka.

๐Ÿ’ Wanita mempunyai beberapa hak atas suami dan sebaliknya

⤵Allah Ta’ala berfirman,

ูˆَู„َู‡ُู†َّ ู…ِุซْู„ُ ุงู„َّุฐِูŠ ุนَู„َูŠْู‡ِู†َّ ุจِุงู„ู…َุนْุฑُูˆูِ

“…Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf…” (Al-Baqarah : 228)

⚘Suami juga diperintahkan agar memperhatikan dan bermuamalah dengan baik kepada istrinya, termasuk nafkah batin

⤵Allah Ta’ala berfirman,

ูˆَุนَุงุดِุฑُูˆู‡ُู†َّ ุจِุงู„ู…َุนْุฑُูˆูِ

“…Dan bergaullah dengan mereka (istri) dengan cara yang ma’ruf/ baik.” (Qs. An-Nisa’ : 19)

 ⚘Bisa juga kita lihat kisah sahabat Abu Darda’ radhiallahu ‘anhu yang sudah merasakan nikmatnya beribadah sampai lupa terhadap istrinya. Maka ia ditegur oleh sahabatnya Salman, agar ia juga memberikan nafkah batin kepada istrinya.

ุนู† ุนูˆู† ุจู† ุฃุจูŠ ุฌุญูŠูุฉ، ุนู† ุฃุจูŠู‡، ู‚ุงู„: ุขุฎู‰ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุจูŠู† ุณู„ู…ุงู†، ูˆุฃุจูŠ ุงู„ุฏุฑุฏุงุก، ูุฒุงุฑ ุณู„ู…ุงู† ุฃุจุง ุงู„ุฏุฑุฏุงุก، ูุฑุฃู‰ ุฃู… ุงู„ุฏุฑุฏุงุก ู…ุชุจุฐู„ุฉ، ูู‚ุงู„ ู„ู‡ุง: ู…ุง ุดุฃู†ูƒ؟ ู‚ุงู„ุช: ุฃุฎูˆูƒ ุฃุจูˆ ุงู„ุฏุฑุฏุงุก ู„ูŠุณ ู„ู‡ ุญุงุฌุฉ ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง،

“Diriwayatkan dari ‘Aun bin Abi Juhaifah, dari ayahnya, ia mengkisahkan: Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjalinkan tali persaudaraan antara sahabat Salman (Al Farisi) dengan sahabat Abu Darda’, maka pada suatu hari sahabat Salman mengunjungi sahabat Abu Darda’, kemudian ia melihat Ummu Darda’ (istri Abu Darda’ dalam keadaan tidak rapi,maka ia (sahabat Salman) bertanya kepadanya,

“Apa yang terjadi pada dirimu?”

 Ummu Darda’-pun menjawab,

“Saudaramu Abu Darda’ sudah tidak butuh lagi kepada (wanita yang ada di) dunia.”

 ูุฌุงุก ุฃุจูˆ ุงู„ุฏุฑุฏุงุก ูุตู†ุน ู„ู‡ ุทุนุงู…ุง، ูู‚ุงู„: ูƒู„؟ ู‚ุงู„: ูุฅู†ูŠ ุตุงุฆู…، ู‚ุงู„: ู…ุง ุฃู†ุง ุจุขูƒู„ ุญุชู‰ ุชุฃูƒู„، ู‚ุงู„: ูุฃูƒู„، ูู„ู…ุง ูƒุงู† ุงู„ู„ูŠู„ ุฐู‡ุจ ุฃุจูˆ ุงู„ุฏุฑุฏุงุก ูŠู‚ูˆู…، ู‚ุงู„: ู†ู…، ูู†ุงู…، ุซู… ุฐู‡ุจ ูŠู‚ูˆู… ูู‚ุงู„: ู†ู…، ูู„ู…ุง ูƒุงู† ู…ู† ุขุฎุฑ ุงู„ู„ูŠู„ ู‚ุงู„: ุณู„ู…ุงู† ู‚ู… ุงู„ุขู†، ูุตู„ูŠุง

Maka tatkala Abu Darda’ datang, iapun langsung membuatkan untuknya (sahabat Salman) makanan, kemudian sahabat Salmanpun berkata,

“Makanlah (wahai Abu Darda)”

Maka Abud Darda’ pun menjawab,

“Sesungguhnya aku sedang berpuasa.”

Mendengar jawabannya sahabat Salman berkata,

“Aku tidak akan makan, hingga engkau makan”

maka Abu Darda’pun akhirnya makan. Dan tatkala malam telah tiba, Abud Darda’ bangun (hendak shalat malam, melihat yang demikian, sahabat Salman) berkata kepadanya,“Tidurlah, maka iapun tidur kembali, kemudian ia kembali bangun, dan sahabat Salmanpun kembali berkata kepadanya: tidurlah. Dan ketika malam telah hampir berakhir, sahabat Salman berkata: bangunlah sekarang, dan shalat (tahajjud).

ูู‚ุงู„ ู„ู‡ ุณู„ู…ุงู†: ุฅู† ู„ุฑุจูƒ ุนู„ูŠูƒ ุญู‚ุง، ูˆู„ู†ูุณูƒ ุนู„ูŠูƒ ุญู‚ุง، ูˆู„ุฃู‡ู„ูƒ ุนู„ูŠูƒ ุญู‚ุง، ูุฃุนุท ูƒู„ ุฐูŠ ุญู‚ ุญู‚ู‡، ูุฃุชู‰ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…، ูุฐูƒุฑ ุฐู„ูƒ ู„ู‡، ูู‚ุงู„ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: «ุตุฏู‚ ุณู„ู…ุงู†»

 

⤵Kemudian Salman menyampaikan alasannya dengan berkata,

“Sesungguhnya Rabb-mu memiliki hak atasmu, dan dirimu memiliki hak atasmu, dan istri/keluargamu juga memiliki hak atasmu, maka hendaknya engkau tunaikan setiap hak kepada pemiliknya.”

Kemudian sahabat Abud Darda’ datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan ia menyampaikan kejadian tersebut kepadanya, dan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawabnya dengan bersabda: Salman telah benar.”

 ๐Ÿ“š Anjuran Islam agar memperhatikan nafkah batin istri

“Mendatangi istri” adalah termasuk sedekah dan ibadah, tentu dalam ibadah kita harus melakukan dengan  “cara yang baik”.

⤵Dari Abi Dzar radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

( ูˆููŠ ุจُุถุน ุฃุญุฏูƒู… ุตุฏู‚ุฉ ) – ุฃูŠ ููŠ ุฌู…ุงุนู‡ ู„ุฃู‡ู„ู‡ – ูู‚ุงู„ูˆุง : ูŠุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุฃูŠุฃุชูŠ ุฃุญุฏู†ุง ุดู‡ูˆุชู‡ ูˆูŠูƒูˆู† ู„ู‡ ููŠู‡ุง ุฃุฌุฑ ؟ ู‚ุงู„ ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู… : ( ุฃุฑุฃูŠุชู… ู„ูˆ ูˆุถุนู‡ุง ููŠ ุงู„ุญุฑุงู… ، ุฃูƒุงู† ุนู„ูŠู‡ ูˆุฒุฑ ؟ ููƒุฐู„ูƒ ุฅุฐุง ูˆุถุนู‡ุง ููŠ ุงู„ุญู„ุงู„ ูƒุงู† ู„ู‡ ุฃุฌุฑ ) ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู…

”Dan di dalam kemaluan salah seorang di antara kalian adalah sedekah.” -Maksudnya dalam jima’nya (hubungan intim) terhadap istrinya– Maka mereka (Sahabat) berkata:”Wahai Rasulullah! Apakah salah seorang di antara kami mendatangi keluarganya (menunaikan syahwatnya/jima’) dan dia mendapatkan pahala?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berabda:”Bukankah apabila dia menunaikannya (jima’) di tempat yang haram dia akan mendapatkan dosa?” Maka demikian juga seandainya dia menunaikannya di tempat yang halal (istrinya) maka dia akan mendapatkan pahala.”

⚘Begitu juga dengan kisah seorang wanita yang mengadu kepada Amirul mukminin Umar bin Khattab bahwa suaminya malam harinya shalat malam terus dan siangnya puasa terus. Artinya ia tidak mendapat nafkah batin. maka Islam memerintahkan agar memperhatikan hal ini.

ุนู† ู…ุญู…ุฏ ุจู† ู…ุนู† ุงู„ุบูุงุฑูŠ ู‚ุงู„: ุฃุชุช ุงู…ุฑุฃุฉ ุนู…ุฑ ุจู† ุงู„ุฎุทุงุจ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡، ูู‚ุงู„ุช: ูŠุง ุฃู…ูŠุฑ ุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† ุฅู† ุฒูˆุฌูŠ ูŠุตูˆู… ุงู„ู†ู‡ุงุฑ، ูˆูŠู‚ูˆู… ุงู„ู„ูŠู„ ูˆุฅู†ูŠ ุฃูƒุฑู‡ ุฃู† ุฃุดูƒูˆู‡، ูˆู‡ูˆ ูŠุนู…ู„ ุจุทุงุนุฉ ุงู„ู„ู‡ ูู‚ุงู„: ู†ุนู… ุงู„ุฒูˆุฌ ุฒูˆุฌูƒ، ูุฌุนู„ุช ุชูƒุฑุฑ ุนู„ูŠู‡ ุงู„ู‚ูˆู„، ูˆู‡ูˆ ูŠูƒุฑุฑ ุนู„ูŠู‡ุง ุงู„ุฌูˆุงุจ، ูู‚ุงู„ ู„ู‡ ูƒุนุจ ุงู„ุฃุณุฏูŠ: ูŠุง ุฃู…ูŠุฑ ุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† ู‡ุฐู‡ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุชุดูƒูˆ ุฒูˆุฌู‡ุง ููŠ ู…ุจุงุนุฏุชู‡ ุฅูŠุงู‡ุง ุนู† ูุฑุงุดู‡، ูู‚ุงู„ ู„ู‡ ุนู…ุฑ: ูƒู…ุง ูู‡ู…ุช ูƒู„ุงู…ู‡ุง ูุงู‚ุถ ุจูŠู†ู‡ู…ุง

Muhammad bin Ma’an al-Ghifari berkata,

“Seorang perempuan datang kepada ‘Umar lalu berkata, ‘Wahai Amirul Mu’minin, sesungguhnya suamiku siang hari puasa dan malam hari shalat. Aku tidak senang mengadu kepadanya karena ia menjalankan ketaatannya kepada Allah.’

Lalu ‘Umar berkata kepadanya, ‘Memang laki-laki itu adalah suamimu (suami yang shalih).”

Lalu berkali-kali perempuan tadi mengulangi perkataannya dan ‘Umar pun berkali-kali pula mengulang jawabannya.

Lalu Ka’ab al-Asadi berkata kepada ‘Umar, “Wahai Amirul Mu’minin, perempuan ini mengadukan keadaan suaminya karena ia membiarkan tidur sendirian.’

Lalu ‘Umar menjawab, ‘Kalau seperti itu yang kau fahami dari ucapannya, maka putuskanlah perkara antara keduanya.”

⤵Akhirnya Ka’ab sebagai hakim setelah mendengar peryataan dari suami-istri tersebut, memutuskan perkara dan berkata,

ุฅู† ู„ู‡ุง ุญู‚ุงً ุนู„ูŠูƒ ูŠุง ุฑุฌู„ … ู†ุตูŠุจู‡ุง ููŠ ุฃุฑุจุน ู„ู…ู† ุนู‚ู„

ูุงุนุทู‡ุง ุฐุงูƒ ูˆุฏุน ุนู†ูƒ ุงู„ุนู„ู„

ุซู… ู‚ุงู„: ุฅู† ุงู„ู„ู‡ ุนุฒ ูˆุฌู„ ู‚ุฏ ุฃุญู„ ู„ูƒ ู…ู† ุงู„ู†ุณุงุก ู…ุซู†ู‰ ูˆุซู„ุงุซ ูˆุฑุจุงุน، ูู„ูƒ ุซู„ุงุซุฉ ุฃูŠุงู… ูˆู„ูŠุงู„ูŠู‡ู† ุชุนุจุฏ ููŠู‡ู† ุฑุจูƒ ูˆู„ู‡ุง ูŠูˆู… ูˆู„ูŠู„ุฉ

‘Sesungguhnya istrimu mempunyai hak atas dirimu, wahai kawan. Bagian dia ada pada yang empat (dua paha laki-laki dan dua paha perempuan), bagi orang yang berakal. Berikanlah itu kepadanya, Dan janganlah anda perpanjang alasan.’

Kemudian Ka’ab berkata, ‘Allah menghalalkan kamu menikahi empat perempuan. Tiga malamnya menjadi hakmu untuk menyembah Tuhanmu. Dan satu malam menjadi hak istrimu”

 ๐Ÿ“š Beberapa cara yang diajarkan Islam

⚘Perlu diketahui bahwa Islam tidak secara vulgar dan rinci menjelaskan bagaimana “berhubungan”  yang baik dan berkualitas. Dan termasuk kesalahan adalah menyebarluaskan dan merinci dengan serincin-rincinya. Memberitahu posisi A, posisi B, tehnik A, tehnik B, bahkan dengan gambar-gambar yang sangat berbahaya jika dilihat oleh pemuda dan anak-anak. Karena masalah ini adalah fitrah manusia dan insting manusia akan tahu sendiri. Dengan keterbukaan dan komunikasi yang jelas antar suami-istri dan gambaran dasar, maka sudah cukup. Selebihnya fitrah dan insting mereka yang jalan.

⚘Walaupun beberapa buku petunjuk ataupun buku berlabel islami ditulis “buku ini bagi yang sudah atau akan menikah” maka tidak menjamin akan aman. Bahkan semakin dilarang, orang semakin mencari sebagaimana pepatah arab,

ูƒู„ ู…ู…ู†ูˆุน ู…ุฑุบูˆุจ

“Setiap yang dilarang umumnya diinginkan/dicari”

 ๐Ÿ“š Beberapa cara tersebut secara umum:

๐Ÿ”ธmelakukan pemanasan (foreplay)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Jabir radhiallahu ‘anhu ketika dia menikah dengan janda,

“ูู‡ู„ุง ุจูƒุฑุงً ุชู„ุงุนุจู‡ุง ูˆุชู„ุงุนุจูƒ” (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุดูŠุฎุงู†)، ูˆู„ู…ุณู„ู… “ุชุถุงุญูƒู‡ุง ูˆุชุถุงุญูƒูƒ”

”Kenapa tidak gadis (yang engkau nikahi) sehingga engkau bisa mencumbunya dan dia mencumbumu?” [HR. Bukhari dan Muslim] dan dalam riwayat Muslim:”Engkau bisa mencandainya dan dia mencandaimu?”

⤵Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,

ู‚ุงู„ ุงุจู† ู‚ุงุฏู…ุฉ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡: ูˆูŠุณุชุญุจ ุฃู† ูŠู„ุงุนุจ ุงู…ุฑุฃุชู‡ ู‚ุจู„ ุงู„ุฌู…ุงุน ู„ุชู†ู‡ุถ ุดู‡ูˆุชู‡ุง، ูุชู†ุงู„ ู…ู† ู„ุฐุฉ ุงู„ุฌู…ุงุน ู…ุซู„ ู…ุง ู†ุงู„ู‡

”Dianjurkan (disunahkan) agar seorang suami mencumbu istrinya sebelum melakukan jima’ supaya bangkit syahwat istrinya, dan dia mendapatkan kenikmatan seperti yang dirasakan suaminya.”

๐Ÿ”ธBoleh dengan gaya apa saja selama masih di farji istri

⤵ Allah Ta’ala berfirman,

ู†ุณุงุคูƒู… ุญุฑุซ ู„ูƒู… ูุฃุชูˆุง ุญุฑุซูƒู… ุฃู†ู‰ ุดุฆุชู…

“Para istri kalian adalah ladang bagi kalian. Karena itu, datangilah ladang kalian, dengan cara yang kalian sukai.” [Al-Baqarah:223]

 ⤵Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู…ู‚ุจู„ุฉ ูˆู…ุฏุจุฑุฉ ุฅุฐุง ูƒุงู† ุฐู„ูƒ ููŠ ุงู„ูุฑุฌ

“Silahkan menggaulinya dari arah depan atau dari belakang asalkan pada kemaluannya”

๐Ÿ”ธJika ingin ‘Azl (coitus interuptus) hendaknya minta izin ke istri

Karena memutus tiba-tiba bisa mengurangi kenikmatan istri. Syaikh Muhammad Mukhtar As-Syingkiti rahimahullah berkata,

ุฃูŠ: ูŠูƒุฑู‡ ุงู„ู†ุฒุน ู‚ุจู„ ูุฑุงุบ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ؛ ู„ุฃู† ุงู„ุฑุฌู„ ุฑุจู…ุง ุฃู†ุฒู„ ู‚ุจู„ ุฃู† ุชู†ุฒู„ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ، ููŠูƒูˆู† ู‚ุฏ ุฃุตุงุจ ุดู‡ูˆุชู‡ ูˆู„ู… ุชุตุจ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุดู‡ูˆุชู‡ุง

 

“Dibenci mencabut (‘azl) sebelum wanita menyelesaikan “hajatnya”. Karena terkadang laki-laki mencapai kepuasan sebelum istri mencapai kepuasan. Terkadang ia sudah mendapati kenikmatan sedangkan istri belum mendapatkan.”[9]

⚘Inti dari permasalahan ini adalah adanya komunikasi yang terbuka dan jelas antar suami dan istri, apa saja yang membuat suami puas, apa saja yang membuat istri puas, baik dari tehnik, gaya, trik dan perbaikan stamina keduanya. Dan perlu diketahui tidak semua rumah tangga bahagia hanya dengan permasalahan ini saja. Tetapi hal ini juga tidak juga diremehkan dan tidak diperhatikan.

⚘ Jangan sampai istri kecewa dan tidak suka terhadap suaminya

⚘Terdapat beberapa kasus bahwa rumah tangga harus berakhir hanya karena masalah ranjang. Begitu juga ada wanita di zaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang ingin cerai dari suaminya karena suaminya impoten. Hal ini perlu diperhatikan dan dimusyawarahkan dengan baik jika memang akan menjadi masalah.

⤵Seorang suami harus memperhatikan hal ini. Syaikh Muhammad Mukhtar As-Syingkiti rahimahullah berkata,

ูˆู†ุจู‡ ุงู„ุนู„ู…ุงุก ุนู„ู‰ ุฐู„ูƒ ู„ู…ุง ููŠู‡ ู…ู† ุงู„ู…ูุงุณุฏ، ูˆุงู„ุนูˆุงู‚ุจ ุงู„ูˆุฎูŠู…ุฉ، ูุฅู† ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุชูƒุฑู‡ ุฒูˆุฌู‡ุง ุญูŠู†ุฆุฐٍ، ูˆุชุญุณ ุฃู†ู‡ ูŠุฑูŠุฏ ู‚ุถุงุก ุญุงุฌุชู‡ ูู‚ุท، ูˆุฃู†ู‡ ู„ุง ูŠู„ุชูุช ุฅู„ูŠู‡ุง، ูˆู„ุง ูŠุฑูŠุฏ ุฃู† ูŠุญุณู† ุฅู„ูŠู‡ุง، ูˆูŠูƒุฑู…ู‡ุง ููŠ ุนุดุฑุชู‡ ู„ู‡ุง، ูู„ุฑุจู…ุง ุญู‚ุฏุช ุนู„ูŠู‡، ูˆุฏุฎู„ ุงู„ุดูŠุทุงู† ุจูŠู†ู‡ู…ุง ูุฃูุณุฏู‡ุง ุนู„ูŠู‡، ููŠุดุฑุน ุจู†ุงุกً ุนู„ู‰ ู…ู‚ุงุตุฏ ุงู„ุดุฑุน ุงู„ุนุงู…ุฉ ู…ู† ุญุตูˆู„ ุงู„ุณูƒู† ูˆุงู„ุฃู„ูุฉ، ูุนู„ูŠู‡ ุฃู† ูŠุนุทูŠ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุญู‚ู‡ุง

“Para ulama telah memperingatkan masalah ini karena ada mafsadah dan akibat yang buruk. Yaitu seorang istri membenci suaminya ketika itu. Istri merasa suaminya hanya sekedar ingin menunaikan syahwatnya saja, tidak perhatian dan tidak ingin berbuat baik kepadanya dan tidak menghormatinya dalam bermuamalah. Bisa jadi ia akan memusuhi suaminya. Dan setan masuk kemudian merusaknya. Maka syariat dibangun diatas tujuan umum untuk menciptakan kerukunan dan persatuan hati. Maka hendaklah ia memberikan hak kepada Istrinya.”

 ⚘Ada juga suami yang hanya berbuat baik kepada istirnya ketika ingin “meminta jatah” saja, kata-kata baik, ada rayuan dan belaian. Adapun jika selain itu, maka kata-katanya kasar, membentak dan anti belaian. Sehingga istri akan merasa benci terhadap suaminya.

⤵Hal ini juga telah diingatkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

ู„ุงَ ูŠَุฌْู„ِุฏْ ุฃَุญَุฏُูƒُู…ُ ุงู…ْุฑَุฃَุชَู‡ُ ุฌَู„ْุฏَ ุงู„ْุนَุจْุฏِ ุซُู…َّ ูŠُุฌَุงู…ِุนُู‡َุง ูِูŠ ุขุฎِุฑِ ุงู„ْูŠَูˆْู…ِ

“Janganlah salah seorang dari kalian mencambuk (memukul)  istrinya sebagaimana mencambuk (memukul) seorang budak lantas ia menjimaknya di akhir (malam) hari”

⚘Semoga kita para lelaki bisa menjadi  suami yang perhatian terhadap istri dan berbuat baik terhadap mereka karena “wanita ingin lebih dimengerti”.

⤵Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุฎَูŠْุฑُูƒُู…ْ ุฎَูŠْุฑُูƒُู…ْ ู„ِุฃَู‡ْู„ِู‡ِ ูˆَุฃَู†َุง ุฎَูŠْุฑُูƒُู…ْ ู„ِุฃَู‡ْู„ِูŠ

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap Istrinya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan istriku.”
.
.
•┈┈┈◎๐ŸŒผ๐ŸŒบ❀๐ŸŒป๐ŸŒธ๐ŸŒป❀๐ŸŒบ๐ŸŒผ◎┈┈┈•

dapatkan update data terbaru di aplikasi

dapatkan update data terbaru di aplikasi
scan kode QR dan install di hp android

Keutamaan basmalah.... Bacalah

Yayasan Mabsuth Islam Mandiri

Yayasan Mabsuth Islam Mandiri

Al-Mabsuth

Categories


Berita Islam Hari Ini

Teknologi

Serba Serbi

Politik

Keluh Kesah Nabi Zakaria

Lahdhoh

HayyaAlasSholah

HayyaAlasSholah

Jadwal Shalat


jadwal-sholat

sekilas

Ustdz Bilal Bajri

Ustadz Fuad Baswedan

Rahasia dibalik Istigfar

Ustad Zulfi Askar

(Allah Yarham) Ust Lutfi YusufDegel

Ustad Azhar Seff

Dhoef

Flag Counter

Usaha dan kreasi

AHLAN WASAHLAN

AHLAN WASAHLAN

Popular Posts

Gisoh wa Rahat