Rabu, 05 Januari 2022

 Anak merupakan anugerah terindah yang Allah SWT titipkan untuk kita asuh dan didik sejak dini. Kehadiran anak akan membawa rezeki dan keberkahan yang luar biasa. Pola asuh orang tualah yang nantinya dapat menjadikan masa depan anak menjadi lebih baik. Doa dan usaha orang tua dapat mengantarkan anak menuju kesuksesan. Orang tua perlu membimbing dan memperkuat karakter anak sesuai kodrat masing-masing. Anak laki-laki dan perempuan mempunyai keistimewaan baik fisik maupun psikis. Mendidik anak laki-laki sedikit berbeda dengan cara mendidik perempuan.



Islam sebagai agama paling sempurna tentu saja sangat memerhatikan cara mendidik anak laki laki dan perempuan dengan tujuan sebagai panji-panji agama demi kebahagiaan dunia dan akhirat. Contoh nyatanya jelas Rasulullah SAW sebagai panutan utama. Bagaimana Beliau dididik dan mendidik adalah kunci utama yang harus juga kita terapkan dalam pendidikan anak.



Pembahasan kali ini akan sangat bermanfaat bagi para calon orang tua yang menginginkan anaknya lelakinya menjadi anak yang bermanfaat untuk banyak pihak. Dibawah ini cara mendidik anak laki-laki sesuai dengan Rasulullah, sebagai berikut:


1. Mengajarkan anak untuk menjadi pemimpin


Seorang anak laki-laki pastilah kelak akan menjadi pemimpin untuk keluarganya, salah satu tips menjaga keharmonisan rumah tangga adalah dengan menjadi imam yang baik bagi keluarganya. Merawat keluarga agar tidak terjadi pertengkaran dalam rumah tangga itu, sehingga keluarga akan menjadi tetap harmonis.


Allah berfirman dalam QS. An-Nisaa’: 34


“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita).”


Sejak usia dini sebaiknya orang tua selalu menanamkan jiwa kepemimpinan bagi anak laki-lakinya. Dengan begitu, anak akan memahami perannya sebagai laki-laki dan tumbuh sikap tegas maupun mandiri sesuai tempatnya. Orang tua dapat menceritakan kisah teladan dalam Islam sehingga anak akan merasa dekat dengan tokoh-tokoh didalamnya. Orang tua bisa memilih kisah teladan Nabi dan sahabatnya yang dapat memberikan keteladanan. Hal ini akan mendorongnya untuk memiliki akhlak seperti idolanya yang biasa diceritakan. Melatih anak untuk gemar olahraga juga dapat menumbuhkan kepemimpinan dan kemandirian. Olahraga sunah Rasulullah yaitu berenang, memanah, dan berkuda.


2. Mendidik anak laki-laki agar menjadi pria yang bertanggung jawab


Rasa tanggung jawab harus ditanamkan sejak dini agar anak laki-laki bisa memahami kewjaiban dan kodratnya sebagai lelaki yang mampu memberikan kebahagiaan terhadap keluarganya kelak. Dengan sikap tanggung jawab akan dapat dipercaya orang lain untuk memimpin atau menaungi lembaga kemasyarakatan.


3. Menanamkan tauhid dan aqidah yang kuat


Orang tua berkewajiban untuk mengajarkan anak tentang siapa dirinya dan siapa Tuhannya. Penanaman dasar aqidah juga sebaiknya dimulai sejak dini. Pengetahuan tentang rukun Islam, rukun iman, dan beribadah atas dasar kecintaan dan ketaatan kepada Allah sangat penting. Diriwayatkan oleh an-Nasa-i dalam ‘Isyratun Nisaa’ dan Ibnu Hibban dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu,


“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin tentang apa yang dipimpinnya. Apakah ia pelihara ataukah ia sia-siakan, hingga seseorang ditanya tentang keluarganya.”


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Perintahlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka jika enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Ahmad).


4. Mendidik anak dengan Al Quran


Yang terpenting adalah dapat mendidik anaknya apalagi anak lelaki dengan Al Quran, karena dengan memahami dan mengerti akan isi makna dan kandungan Al Quran akan membuat seorang anak menjadi anak yang sholeh, sehingga akan membuat anak itu dapat menjaga diri dan hatinya sampai kelak nanti ada orang wanita yang sudah pantas untuknya. Jangan sampai anak laki-laki terjebak pada hal-hal yang buruk, apalagi sampai pada pergaulan bebas. Karena dapat dilihat bahwa anak laki-laki untuk pergaulan lebih mudah terpengharuh.


5. Menanamkan kebiasaan bersyukur


Salah satu cara mendidik anak laki laki agar senantiasa lembut hati dan bersahaja adalah dengan menanamkan kebiasaan bersyukur atas karunia Allah sejak dini. Kenalkan anak-anak kita kepada Allah dan segala pemberian-Nya yang tidak akan pernah bisa kita balas.


Selain dengan mengucap Alhamdulilah, mengajak dan membiasakan anak shalat malam adalah salah satu cara menanamkan kebiasaan bersyukur pada anak. Selain akan terbangun disiplin dan kebiasaan yang baik, secara perlahan anak akan semakin menganggap penting hakikat shalat malam.


6. Mengajarkan anak untuk berbakti kepada orang tua



Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengajarkan kepada anak-anaknya tentang keutamaan berbakti kepada orang tua. Sebab Anak durhaka dalam islam adalah perbuatan dosa besar.


Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam cara bicara maupun duduk daripada Fathimah.” ‘Aisyah berkata lagi, “Biasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Fathimah datang, beliau mengucapkan selamat datang padanya, lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggamit tangannya hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Begitu pula apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang padanya, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri menyambutnya, menggandeng tangannya, lalu menciumnya.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani).



source: freepik.com


7. Mendidik anak dengan akhlak mulia


Kebaikan seseorang dinilai dari 2 hal yakni agama dan akhlaknya. Sedangkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang akhlaknya paling baik di muka bumi ini. Beliau diutus untuk memperbaiki perilaku manusia. Dan maka itu, beliau selalu mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anaknya, tentang akhlak Dalam Islam,cara meningkatkan akhlak, hubungan akhlak dengan iman dalam islam , serta hubungan akhlak dengan iman islam dan ihsan.


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”


8. Mengajarkan cara berpakaian yang sesuai syariat agama


Bagi anak perempuan, Rasul juga memberikan pendidikan tentang bagaimana menjadi muslimah yang baik dengan cara berpakaian secara islami. Yakni mengenakan pakaian longgar dan berjilbab syar’i.


“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh merek. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Ahzab:59).


Diriwayatkan dari Aisyah ra: bahwa Asma’ binti Abi Bakar menemui Rasulullah SAW dengan kondisi ia berpakaian pendek, aka berpalinglah Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Asma’, sesungguhnya wanita, apabila telah baligh, tidak pantas terlihat kecuali ini dan ini (beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya).” (HR. Abu Daud)


9. Ajarkan anak untuk mandiri


Mengajarkan anak untuk mandiri adalah cara efektif untuk membimbing seorang anak laki-laki agar mampu mandiri pula dalam bekerja kelak. Jangan sampai anak selalu membanggakan harta orang tuanya hingga kelak ketika istri tidak mengetahui tips mengatur keuangan rumah tangga anak laki-laki yang sudah dididik mandiri itu akan dapat mengatasi hal itu semua jadi tetap dapat mengetahui cara mempertahankan hubungan dalam kehidupan kelak.


10. Berikan anak laki-laki tantangan


Untuk melatih keberanian pada anak, jangan lupa untuk memberi hal-hal yang menantang pada anak itu agar ia juga terlatih mandiri. Agar anak laki-laki tangguh bisa menjalankan kehidupannya tanpa bantuan orang tua atau pun orang lain.


Demikian cara mendidik anak laki-laki sesuai dengan ajaran agama Islam. Semoga kita bisa mendidik anak menuju jannah Allah SWT.


 Anak adalah titipan Illahi. Ia merupakan sebuah amanat Allah yang diberikan kepada setiap orang tua. Oleh karena itu, sudah semestinya setiap orang tua benar-benar memperhatikan tentang pendidikan dan pembinaan bagi anak-anaknya. Orang tua hendaknya melindungi anak dari hal-hal yang dapat menjatuhkan anak dan dirinya sendiri dari hal-hal yang dapat mengundang kemurkaan Allah.

Wahai Ibu, ketahuilah bahwa dosa yang paling besar dan tidak akan Allah ampuni adalah dosa kesyirikan. Sehingga sebagai seorang pendidik, kita harus memprioritaskan pembinaan tauhid pada anak-anak kita daripada yang lain. Tapi bukan berarti pendidikan yang lainnya lalu kita abaikan.

Orang tua berkewajiban mentarbiyah anak-anaknya sejak usia dini untuk mentauhidkan Allah dan menjauhi kesyirikan. Sejak kecil hendaknya orang tua melindungi anak dari perbuatan-perbuatan kesyirikan. Misalnya adalah penggunaan jimat. Jimat, biasa digunakan untuk melindungi si pemilik jimat dari mara bahaya. Dalam masyarakat kita, masih sangat banyak para orang tua yang menggunakan jimat untuk melindungi anaknya dari kesialan, bahaya, serangan penyakit, dan lain-lain. Kita berlindung kepada Allah dari segala perbuatan yang mengantarkan kepada kesyirikan.

Hakikat Jimat

Jimat atau tamimah pada masa jahiliyah adalah sesuatu yang dikalungkan pada anak kecil atau binatang dengan maksud untuk menolak ‘ain. Namun hakikat jimat tidak terbatas pada bentuk dan kasus tertentu akan tetapi mencakup semua benda dari bahan apapun dan bagaimanapun cara pakainya. Ada yang terbuat dari bahan kain, benang, kerang maupun tulang baik dipakai dengan cara dikalungkan, digantungkan, dan sebagainya. Tempatnya pun bervariasi, baik di mobil, rumah, leher, kaki, dan sebagainya.

Contohnya seperti kalung, batu akik, cincin, sabuk (ikat pinggang), rajah (tulisan arab yang ditulis perhuruf dan kadang ditulis terbalik), selendang, keris, atau benda-benda yang digantungkan pada tempat-tempat tertentu, seperti di atas pintu kendaraan, di pintu depan rumah, diletakkan pada ikat pinggang atau sebagi ikat pinggang, sebagai susuk, atau ditulis di kertas, dibakar lalu diminum, dan lain-lain dengan maksud untuk menolak bahaya.

Hukum Jimat

Secara wujudnya, jimat terbagi menjadi dua macam:

Pertama, jimat yang tidak bersumber dari Al-Qur’an. Jimat jenis inilah yang dilarang oleh syariat Islam. Jika seseorang percaya bahwa jimat itu dapat berpengaruh tanpa kehendak Allah maka ia terjerumus dalam perbuatan syirik besar karena hatinya telah bersandar kepada selain Allah. Adapun jika seseorang meyakini bahwa jimat itu hanya sebagai sebab dan tidak memiliki kekuatan sendiri maka ia terjatuh dalam perbuatan syirik kecil.

Kedua, jimat yang bersumber dari Al-Qur’an. Dalam hal ini ulama berbeda pendapat, ada sebagian yang membolehkan dan ada yang melarangnya. Adapun pendapat yang paling kuat dalam hal ini adalah terlarang, meskipun hukumnya tidak syirik karena menggunakan Al-Qur’an disini berarti bersandar pada kalamullah bukan bersandar kepada makhluk. Mengapa dilarang? Karena keumuman dalil tentang keharaman jimat, tidak peduli jimat tersebut berupa Al-Qur’an ataupun bukan. Dengan membolehkan jimat yang berasal dari ayat Al-Qur’an, kita telah membuka peluang menyebarnya jimat yang bukan berasal dari Al-Qur’an yang jelas-jelas haram.

Maka, sarana yang dapat mengantar kepada perbuatan haram mempunyai hukum yang sama dengan perbuatan haram itu sendiri. Selain itu, pemakaian jimat dari Al-Qur’an juga mengandung unsur penghinaan terhadap Al-Qur’an, yaitu ketika dibawa tidur, buang hajat, atau sedang berkeringat dan semacamnya. Hal seperti ini tentu bertentangan dengan kesucian Al-Qur’an. Selain itu juga, jimat ini dapat pula dimanfaatkan oleh para pembuatnya untuk menyebarkan kemusyrikan dengan alasan jimat yang dibuatnya dari Al-Qur’an.

Dalil-Dalil Terlarangnya Jimat

Terdapat banyak dalil dari Al-Qur’an dan hadits yang memberitakan tentang pengharaman jimat. Beberapa dalil tersebut antara lain:

Allah berfirman, yang artinya, “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?”. Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Az-Zumar: 38)

Dari ayat di atas dapat kita renungkan bahwa berhala-berhala sesembahan orang musyrik tersebut tidak mampu memberikan manfaat atau menolak madharat bagi penyembahnya karena memang berhala bukan merupakan sebab untuk mencapai maksud penyembahnya. Begitu pula dengan para pengguna jimat yang telah mengambil sebab yang bukan merupakan sebab.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa menggantungkan jimat, maka ia telah melakukan syirik.” (HR. Ahmad, Hakim, dari Sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat seseorang yang memakai gelang kuningan di tangannya, maka beliau bertanya, “Apa ini?”

Orang itu menjawab, “Penangkal sakit.”

Nabipun bersabda, “Lepaskanlah, karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu. Jika kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu maka kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.” (HR. Ahmad)

Wahai ibu, sebagai seorang muslim kita seharusnya meyakini dengan sepenuh hati bahwa manfaat dan mudharat itu ada di tangan Allah sehingga kita tidak boleh menggantungkan hati kepada selain Allah. Kita wajib bertawakkal hanya kepada Allah saja. Allah berfirman yang artinya,

“Dan hanya kepada Allah saja hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal.” (Qs. Ibrahim: 11)

Ketahuilah, sesungguhnya jimat tidak dapat menolak dan menghilangkan apa yang telah Allah takdirkan. Hal inilah yang harus kita tanamkan pada diri anak-anak kita. Dengan menghindar dari kesyirikan ketika mentarbiyah anak, semoga menjadikan kita sebagai pendidik mulia yang dapat melahirkan generasi yang terlindungi dari kegelapan syirik. Waallahu a’lam.

Diringkas dari:

  1. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
  2. Jimat, Gaya Hidup Modern (Abu Abdirrahman), Buletin Dakwah At-Tauhid edisi no.34/ Thn 1

***
Artikel muslimah.or.id





dapatkan update data terbaru di aplikasi

dapatkan update data terbaru di aplikasi
scan kode QR dan install di hp android

Keutamaan basmalah.... Bacalah

Yayasan Mabsuth Islam Mandiri

Yayasan Mabsuth Islam Mandiri

Al-Mabsuth

Categories


Berita Islam Hari Ini

Teknologi

Serba Serbi

Politik

Keluh Kesah Nabi Zakaria

Lahdhoh

HayyaAlasSholah

HayyaAlasSholah

Jadwal Shalat


jadwal-sholat

sekilas

Ustdz Bilal Bajri

Ustadz Fuad Baswedan

Rahasia dibalik Istigfar

Ustad Zulfi Askar

(Allah Yarham) Ust Lutfi YusufDegel

Ustad Azhar Seff

Dhoef

Flag Counter

Usaha dan kreasi

AHLAN WASAHLAN

AHLAN WASAHLAN

Popular Posts

Gisoh wa Rahat