Minggu, 27 Oktober 2024


Anak Perempuan sebagai Tameng dari Api Neraka

Dalam Islam, kedudukan seorang anak perempuan memiliki keutamaan dan kemuliaan yang luar biasa. Rasulullah SAW memberikan penekanan khusus tentang pentingnya memperlakukan anak perempuan dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab. Memiliki anak perempuan dan mendidiknya dengan baik disebut-sebut sebagai salah satu jalan yang dapat menjauhkan orang tua dari siksa api neraka.

Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak Perempuan

Beberapa hadis menjelaskan tentang betapa istimewanya mereka yang memiliki dan membesarkan anak perempuan dengan baik. Salah satu hadis yang sering disebutkan dalam hal ini adalah sebagai berikut:

> Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuan ini lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)



Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa anak perempuan bisa menjadi tameng dari api neraka bagi orang tua yang bersabar dan memberikan pengasuhan yang baik kepada mereka. Hadis ini mengajarkan bahwa Islam memandang anak perempuan sebagai ujian yang, jika dilalui dengan benar, akan membawa keberkahan.

Kedudukan Anak Perempuan sebagai Rahmat

Selain itu, Islam mengajarkan bahwa anak perempuan adalah rahmat dari Allah SWT. Banyak masyarakat jahiliyah di masa lalu yang menganggap kelahiran anak perempuan sebagai aib, namun Rasulullah SAW datang untuk meluruskan pemahaman ini dan mengangkat derajat anak perempuan.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda:

> "Barang siapa memiliki tiga anak perempuan lalu bersabar terhadap mereka, memberi makan, minum, dan pakaian dari hasil jerih payahnya, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka pada hari kiamat."
(HR. Ibnu Majah)



Hadis ini menunjukkan bahwa mendidik anak perempuan dengan baik, memberikan perhatian, dan memenuhi kebutuhan mereka adalah bentuk ibadah yang besar nilainya di sisi Allah. Dalam hal ini, bukan hanya sekadar menjadi tameng dari api neraka, namun juga menunjukkan kedudukan mulia seorang hamba di hadapan Allah SWT karena telah melaksanakan tanggung jawabnya dengan ikhlas.

Memperhatikan Anak Perempuan sebagai Amanah

Al-Qur’an juga memberikan panduan tentang bagaimana Islam memandang anak-anak, termasuk anak perempuan, sebagai amanah. Sebagaimana dalam firman Allah:

> “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS. At-Tahrim: 6)



Ayat ini menjadi landasan bagi orang tua untuk menjaga dan mendidik anak-anaknya dalam ajaran Islam. Dengan mendidik anak perempuan dalam kebaikan dan ketaatan, orang tua menjalankan peran sebagai penjaga keluarga dari siksa api neraka.

Kesimpulan

Islam memuliakan anak perempuan dan menempatkan mereka sebagai salah satu sumber rahmat dan jalan menuju surga bagi orang tua. Keberadaan anak perempuan dapat menjadi penghalang dari api neraka jika mereka dididik dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan tanggung jawab. Melalui berbagai hadis dan ayat Al-Qur’an, Islam mendorong agar setiap orang tua melihat anak perempuan sebagai anugerah dari Allah SWT dan memperlakukan mereka dengan baik, karena inilah jalan yang dapat menyelamatkan dari siksa neraka

Kisah Nabi Sulaiman dan seekor semut adalah salah satu cerita yang penuh hikmah dalam Al-Quran. Nabi Sulaiman AS dikenal sebagai nabi yang diberi oleh Allah kekuasaan besar, termasuk kemampuan untuk berbicara dengan binatang dan memimpin berbagai makhluk. Kisahnya bersama seekor semut mengajarkan kita banyak hal penting yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Kepedulian Terhadap Makhluk Lain

Ketika pasukan Nabi Sulaiman mendekati lembah semut, seekor semut memperingatkan teman-temannya untuk segera masuk ke dalam sarang agar tidak terinjak oleh pasukan besar. Mendengar itu, Nabi Sulaiman tersenyum dan mengarahkan pasukannya untuk berhati-hati. Pelajaran ini mengajarkan kita bahwa setiap makhluk, sekecil apa pun, memiliki hak untuk dilindungi dan dihargai. Nabi Sulaiman menunjukkan kepedulian terhadap makhluk kecil, memberikan teladan untuk selalu bersikap bijak dan penuh kasih terhadap lingkungan dan makhluk hidup lainnya.

2. Rendah Hati Meski Memiliki Kekuasaan

Meskipun Nabi Sulaiman memiliki kekuasaan luar biasa, ia tidak merasa sombong. Justru, ia tersenyum dan bersyukur kepada Allah atas kemampuan yang diberikan kepadanya. Ini mengajarkan kita pentingnya kerendahan hati, apapun pencapaian dan kekuatan yang kita miliki. Setiap kelebihan atau kekuasaan seharusnya disyukuri dan digunakan untuk kebaikan, bukan untuk kesombongan atau merendahkan yang lain.

3. Pentingnya Komunikasi dan Koordinasi

Semut adalah makhluk kecil yang hidup berkoloni dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam kisah ini, semut yang memperingatkan kawan-kawannya menunjukkan pentingnya komunikasi dan koordinasi. Dalam kehidupan, komunikasi yang baik akan membantu kita mencapai tujuan dengan lebih mudah dan menghindari kesalahpahaman. Kisah ini mengajarkan kita bahwa kerja sama dan saling peduli adalah kunci sukses dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Syukur atas Nikmat Allah

Kisah ini juga mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas setiap nikmat yang Allah berikan, seperti yang dicontohkan Nabi Sulaiman. Setelah mendengar peringatan semut, Nabi Sulaiman langsung berdoa kepada Allah untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan kepadanya. Rasa syukur ini mengajarkan kita bahwa segala sesuatu yang kita miliki, besar atau kecil, adalah pemberian Allah yang harus kita hargai dan manfaatkan dengan bijaksana.

5. Kehati-hatian dan Perlindungan Terhadap yang Lemah

Nabi Sulaiman mengajarkan pentingnya melindungi yang lemah dan tidak meremehkan mereka yang terlihat tak berdaya. Dalam kisah ini, seekor semut kecil yang mungkin tidak diperhatikan oleh banyak orang justru mendapat perhatian dari nabi besar. Pelajaran ini mengajarkan kita untuk selalu berusaha melindungi yang lemah dan memberikan perhatian pada mereka yang membutuhkan.

Penutup

Kisah Nabi Sulaiman dan seekor semut menyimpan pesan yang dalam tentang kasih sayang, kerendahan hati, syukur, dan pentingnya komunikasi. Dalam kehidupan, kita bisa belajar dari kisah ini untuk menjadi lebih peduli, rendah hati, dan senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan. Kisah ini mengingatkan kita bahwa bahkan dari makhluk sekecil semut, kita bisa mendapatkan pelajaran yang sangat berharga.

Jumat, 25 Oktober 2024

Optimisme atau sikap positif dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan adalah salah satu sifat yang sangat ditekankan dalam Islam. Sikap optimis sangat penting karena ia mendorong seseorang untuk terus berusaha, berdoa, dan berserah kepada Allah. Dalam syariat Islam, optimisme bukan hanya sebuah sikap yang baik, tetapi juga sebuah kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Berikut ini adalah beberapa dalil dan contoh dari Al-Qur'an tentang pentingnya sikap optimis dalam Islam.

1. Dalil Al-Qur'an tentang Optimisme

a. Surah Az-Zumar ayat 53
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

> "Katakanlah, 'Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'"



Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT melarang manusia untuk berputus asa. Dalam keadaan apapun, kita harus yakin bahwa rahmat dan ampunan Allah selalu ada. Ketika seseorang optimis, dia percaya akan adanya pertolongan dari Allah dan selalu berusaha memperbaiki diri.

b. Surah Al-Insyirah ayat 5-6
Allah berfirman:

> "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."



Ayat ini menanamkan optimisme kepada kita bahwa setiap kesulitan pasti akan diikuti dengan kemudahan. Ketika seseorang menghadapi cobaan hidup, dia harus tetap optimis bahwa Allah akan memberikan solusi terbaik.

2. Dalil Hadits tentang Optimisme

a. Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

> “Janganlah seseorang dari kalian meninggal kecuali dia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim)



Hadits ini menekankan pentingnya selalu berprasangka baik kepada Allah. Prasangka baik adalah dasar dari optimisme. Jika kita yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik, kita tidak akan mudah menyerah atau merasa putus asa.
b. Rasulullah SAW juga pernah bersabda:

> “Jika hari Kiamat hendak terjadi dan di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah bibit pohon kurma, jika ia mampu untuk menanamnya sebelum kiamat terjadi, hendaklah ia menanamnya.” (HR. Ahmad)
Hadits ini memberikan pelajaran bahwa seorang Muslim harus terus optimis dan melakukan amal kebaikan, walaupun situasinya sangat sulit atau seolah-olah tidak ada harapan.

3. Kisah Inspiratif tentang Optimisme dalam Al-Qur'an

a. Kisah Nabi Ya'qub dan Nabi Yusuf
Kisah Nabi Ya'qub yang kehilangan Nabi Yusuf selama bertahun-tahun adalah contoh nyata dari sikap optimisme. Meskipun beliau tahu bahwa Yusuf telah hilang sejak lama, Nabi Ya'qub tidak pernah kehilangan harapan kepada Allah. Dalam Surah Yusuf ayat 87, Nabi Ya'qub berkata kepada anak-anaknya:

> “Hai anak-anakku, pergilah kalian, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali orang-orang kafir.”
Nabi Ya'qub mengajarkan kepada kita pentingnya terus berharap dan bersikap optimis meski dalam keadaan yang sangat sulit. Akhirnya, dengan izin Allah, beliau bisa bertemu kembali dengan Nabi Yusuf.

b. Kisah Nabi Musa saat Melintasi Laut Merah
Ketika Nabi Musa dan Bani Israil dikejar oleh pasukan Firaun dan di depan mereka terbentang Laut Merah, Bani Israil merasa takut dan putus asa. Namun, Nabi Musa tetap optimis dan yakin bahwa Allah akan menolong mereka. Dalam Surah Asy-Syu'ara ayat 62, Nabi Musa berkata:

> “Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
Optimisme dan keyakinan Nabi Musa akhirnya membuahkan hasil. Allah membelah laut, sehingga mereka bisa menyeberang dengan selamat, dan Firaun serta pasukannya tenggelam.

4. Mengapa Optimisme Wajib dalam Islam?

Optimisme Menunjukkan Iman kepada Allah
Sikap optimis menunjukkan bahwa seseorang memiliki kepercayaan penuh kepada Allah. Seorang Muslim yang benar-benar beriman akan yakin bahwa semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah dan pasti ada hikmah di baliknya.

Menghindarkan dari Sikap Putus Asa
Putus asa adalah salah satu sifat yang tidak disukai dalam Islam. Dengan memiliki sikap optimis, seorang Muslim bisa terhindar dari perasaan putus asa dan tetap semangat dalam menjalani kehidupannya.

Optimisme Menguatkan Kesabaran
Dengan optimisme, seorang Muslim menjadi lebih sabar dalam menghadapi ujian hidup. Dia tahu bahwa kesulitan hanyalah sementara dan pertolongan Allah akan datang pada waktu yang tepat.
5. Penutup
Optimisme adalah salah satu nilai utama yang diajarkan dalam Islam. Melalui dalil-dalil Al-Qur'an, hadits, dan kisah-kisah para nabi, Islam menunjukkan betapa pentingnya bersikap optimis dalam setiap keadaan. Seorang Muslim yang optimis tidak hanya memperkuat dirinya sendiri, tetapi juga dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi orang lain. Optimisme adalah cerminan dari iman kepada Allah, dan dengan bersikap optimis, kita menjalankan syariat Islam dengan sepenuh hati.

Selasa, 22 Oktober 2024

Dalam syariat Islam, kriteria wanita idaman suami bukan hanya didasarkan pada penampilan fisik semata, tetapi lebih pada kualitas spiritual, moral, dan perilaku yang baik. Islam memberikan pedoman dalam memilih pasangan hidup, dengan menekankan pentingnya akhlak yang mulia dan iman yang kuat sebagai dasar hubungan rumah tangga yang harmonis dan sakinah. Beberapa kriteria wanita idaman suami menurut syariat Islam dapat ditemukan dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits Rasulullah SAW.

1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya

Wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah wanita yang senantiasa menjaga ibadahnya, baik dalam salat, puasa, maupun perbuatan lainnya yang diperintahkan dalam agama. Wanita yang taat akan senantiasa menjaga dirinya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah, menjaga kesuciannya, serta selalu berusaha untuk menambah keimanan.

Allah berfirman dalam surat An-Nisa' ayat 34: "Maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)."
Ayat ini menekankan pentingnya wanita untuk menjaga kesalehan dan ketaatan, baik ketika bersama suaminya maupun saat berjauhan.

2. Berakhlak Mulia

Akhlak yang baik adalah salah satu faktor utama yang menentukan kesuksesan dalam hubungan suami-istri. Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik wanita adalah yang ketika engkau melihatnya membuatmu senang, ketika engkau memerintahkannya ia menaatimu, dan apabila engkau tidak ada di sisinya ia menjaga dirimu dan hartamu." (HR. Ibnu Majah)

Hadits ini menunjukkan bahwa wanita yang berakhlak baik, patuh kepada suaminya dalam kebaikan, dan mampu menjaga kehormatan serta amanah, merupakan wanita yang sangat diidamkan oleh suami.

3. Menjaga Kehormatan dan Kesucian

Wanita idaman suami dalam Islam adalah wanita yang menjaga dirinya dari hal-hal yang bisa merusak kehormatan, baik dalam berpakaian, berbicara, maupun dalam berinteraksi dengan orang lain. Mereka menjaga aurat dan batas-batas pergaulan sesuai dengan syariat.

Allah berfirman dalam Surat An-Nur ayat 31: "Dan katakanlah kepada para wanita yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya..."
Ayat ini menegaskan pentingnya menjaga kesucian dan kehormatan diri, serta memperhatikan batasan-batasan yang telah Allah tetapkan dalam berinteraksi dengan lawan jenis.

4. Menyayangi dan Mendukung Suami

Rasulullah SAW bersabda: "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah." (HR. Muslim)
Wanita shalihah adalah wanita yang menyayangi suaminya, mendukungnya dalam kebaikan, dan bersedia bersama-sama menghadapi segala ujian hidup. Ia senantiasa menciptakan suasana rumah tangga yang penuh dengan kasih sayang, saling mendukung, dan menghormati.

5. Mengurus Rumah Tangga dengan Baik

Wanita idaman suami adalah wanita yang pandai mengurus rumah tangga, menjaga anak-anak, dan menciptakan lingkungan yang penuh kenyamanan bagi keluarganya. Rasulullah SAW menekankan pentingnya peran wanita dalam rumah tangga: "Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya... Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Peran wanita sebagai pemimpin dalam rumah tangga mencakup berbagai hal, mulai dari mengurus rumah, mendidik anak-anak, hingga menjaga keharmonisan hubungan dengan suami.

6. Sabar dan Bersyukur

Wanita yang sabar dan bersyukur dalam menghadapi segala ujian dan nikmat adalah salah satu kriteria wanita yang diidamkan dalam Islam. Suami sangat membutuhkan istri yang bisa mendampinginya dengan penuh kesabaran dan tetap bersyukur dalam setiap keadaan.

Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang diberi karunia istri yang shalihah, maka sesungguhnya ia telah ditolong untuk menyempurnakan separuh agamanya. Maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah untuk separuh yang lainnya." (HR. Thabrani)

Wanita yang bersyukur dan sabar akan senantiasa menjadi penopang suami dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kesimpulan

Wanita idaman suami menurut syariat Islam adalah wanita yang memiliki iman yang kuat, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, berakhlak mulia, menjaga kehormatan, sabar, serta pandai mengurus rumah tangga. Ia tidak hanya menjadi pendamping hidup di dunia, tetapi juga menjadi penolong bagi suaminya dalam meraih keridhaan Allah dan kebahagiaan di akhirat.

Membaca Al-Qur'an memiliki keutamaan yang sangat besar dalam Islam. Al-Qur'an adalah kalam Allah yang diturunkan sebagai petunjuk hidup bagi umat manusia. Aktivitas membaca dan menghafalnya tidak hanya memberikan pahala yang besar, tetapi juga memberikan berbagai manfaat baik untuk kehidupan spiritual maupun kecerdasan manusia.

Keutamaan Membaca Al-Qur'an

1. Mendapat Pahala yang Berlipat Ganda
Rasulullah SAW bersabda:
"Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur'an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat."
(HR. At-Tirmidzi).
Setiap huruf dari Al-Qur'an yang dibaca akan diganjar dengan pahala sepuluh kali lipat, menunjukkan betapa besar balasan bagi mereka yang meluangkan waktu untuk membaca Al-Qur'an.


2. Ditemani oleh Malaikat
Rasulullah SAW bersabda:
"Orang yang mahir membaca Al-Qur'an akan bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Qur'an dengan terbata-bata karena kesulitan, baginya dua pahala."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ini menunjukkan bahwa membaca Al-Qur'an, baik dengan lancar maupun tidak, tetap mendapatkan pahala dan ditemani oleh malaikat.


3. Menenangkan Hati dan Jiwa
Dalam surah Ar-Ra'd ayat 28, Allah berfirman:
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang."
Membaca Al-Qur'an adalah salah satu bentuk dzikir yang paling utama. Dengan membaca Al-Qur'an, hati yang gelisah bisa menjadi tenang, dan ketentraman batin dapat dirasakan.



Efek Membaca Al-Qur'an untuk Kecerdasan

Sering membaca Al-Qur'an tidak hanya memberikan ketenangan spiritual, tetapi juga memiliki pengaruh positif terhadap kecerdasan seseorang. Berikut beberapa efek membaca Al-Qur'an terhadap kecerdasan:

1. Mengasah Kecerdasan Linguistik
Membaca Al-Qur'an, khususnya dalam bahasa Arab, melibatkan pelatihan otak dalam mengenal kosakata baru, pola kalimat yang kompleks, dan struktur bahasa yang tinggi. Aktivitas ini dapat meningkatkan kemampuan linguistik dan kognitif seseorang.


2. Mempertajam Daya Ingat
Dalam surah Al-Qamar ayat 17, Allah berfirman:
"Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?"
Menghafal ayat-ayat Al-Qur'an adalah latihan yang sangat baik untuk memperkuat memori dan daya ingat. Aktivitas ini juga membantu otak bekerja lebih efektif dalam menyimpan dan mengingat informasi.


3. Meningkatkan Konsentrasi dan Ketekunan
Membaca dan mempelajari Al-Qur'an membutuhkan konsentrasi dan fokus yang tinggi. Ketika seseorang terbiasa membaca Al-Qur'an, kemampuan fokus dan konsentrasi mereka dalam melakukan tugas sehari-hari juga akan meningkat.


4. Menstimulasi Kecerdasan Emosional dan Spiritual
Dengan sering membaca Al-Qur'an, seseorang diajak untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya, yang mengajarkan kesabaran, ketenangan, dan hikmah. Pemahaman ini dapat meningkatkan kecerdasan emosional (EQ), karena mereka akan lebih mampu mengelola emosi dan menghadapi berbagai situasi kehidupan dengan lebih bijaksana.


5. Meningkatkan Kecerdasan Sosial
Al-Qur'an mengandung banyak ajaran tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain, seperti keadilan, kasih sayang, dan pengampunan. Membaca dan memahami ajaran-ajaran ini dapat meningkatkan kecerdasan sosial seseorang dalam berhubungan dengan sesama manusia.

Dengan demikian, membaca Al-Qur'an bukan hanya memberikan pahala besar dari sisi agama, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi kecerdasan dan kemampuan berpikir seseorang. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah sumber kebijaksanaan yang meliputi semua aspek kehidupan, termasuk kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. (Mas'ud Jawas)


dapatkan update data terbaru di aplikasi

dapatkan update data terbaru di aplikasi
scan kode QR dan install di hp android

Keutamaan basmalah.... Bacalah

Yayasan Mabsuth Islam Mandiri

Yayasan Mabsuth Islam Mandiri

Al-Mabsuth

Categories


Berita Islam Hari Ini

Teknologi

Serba Serbi

Politik

Keluh Kesah Nabi Zakaria

Lahdhoh

HayyaAlasSholah

HayyaAlasSholah

Jadwal Shalat


jadwal-sholat

sekilas

Ustdz Bilal Bajri

Ustadz Fuad Baswedan

Rahasia dibalik Istigfar

Ustad Zulfi Askar

(Allah Yarham) Ust Lutfi YusufDegel

Ustad Azhar Seff

Dhoef

Flag Counter

Usaha dan kreasi

AHLAN WASAHLAN

AHLAN WASAHLAN

Popular Posts

Gisoh wa Rahat