Selasa, 01 Desember 2020

     semua orang tua mengharapkan anaknya enjadi sosok yang dapat membanggakan orang tuanya terutama hal yang berkenaan dengan urusan dunia, mereka berlomba-lomba menciptakan anaknya sebagai mesin penghasil kebanggaan orang tuanya tanpa pernah berfikir mengenai akhirat mereka, padahal sebenarnya akhirat merupakan sandaran terakhir dari bahtera kehidupan ini, dan anak adalah  aset terpenting dari tiket kita menuju surga Allah, bagaimana mungkin seorang akan melenggang masuk surga tanpa diminta pertanggungjawabnnya terhadap keluarga dan anak-anaknya, nabi Sallahu alaihi wasalam bersabda :

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ)

Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).

 dengan demikian patutlah dicermati apa saja kah hal yang banyak berpengaruh terhadap pskologi ketaan anak kepada Allah. 

Beberapa hal yang banyak mempengaruhi psikologi anak diantaranya :

·         Contoh dari orang tua yang senantiasa melaksanakan ibadah

Nabi Muahammad sallahu 'alaihi wasalam sebagai nabiyullah dan sekaligus sebagai guru bagi manusia dimuka bumi ini, yang telah tercatat sebagai sosok paling berpengaruh di dunia, pengakuan semacam ini bukan timbul  dengan sendirinya atau menjadi pengakuan sefihak sejumlah orang ,namun justru halitu timbul dari musuh islam, mereka mengakui keberhasilan dakwah yang dibawa oleh seorang nabi umiyyin, bahkan sampaihari ini islammenjadiagama terbanyakdi muka bumi,halini tidaklain karena systematika pendidikan rosul yang sangat mengena dan berkesan bagi umatnya, dan kunci semua ini berawal dari uswah,atau suritauladan yang dicontohkan langsung olehnya, Allah berfirman :

 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا 

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh [al-Ahzâb/33:21


 Ibnu Katsîr rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Ayat yang mulia ini merupakan fondasi/dalil yang agung dalam meneladani Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam semua perkataan, perbuatan, dan keadaan beliau. Orang-orang diperintahkan meneladani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Ahzâb, dalam kesabaran, usaha bersabar, istiqomah, perjuangan, dan penantian beliau terhadap pertolongan dari Rabbnya. Semoga sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada beliau sampai hari Pembalasan”. [Tafsir Ibnu Katsir, 6/391, penerbit: Daru Thayyibah]



maka jelaslah bagi kita ketika kita bahwa keberhasin pendidikan ditentukan dengan jiwa pendidiknya,jika berharap anak didik kita menjadi seorang yang baik dan rajin beribadah maka mulailah dengan memberikan contoh secara angsung kepada nya agar mudah meresapdalam fikiran mereka  

·         Lingkungan Keluarga

selain memberikan contoh dalam keluarga hal yang tak kalah mempengaruhi ketaatan anak adalah kebiasaan dalam keluarga, mulailah dengan menjalankan segala perkara ibadah di dalam keluarga, misalnya melaksanakan sholat berjamaah di dalam keluarga, mengajak anak-anak ikut dalam puasa sunnah, buat peraturan dilarang minum berdiri dan lain-lainnya, sehingga ini akan menanamkan jiwa yang cinta terhadap perintah dan larangan Allah tanpa terpaksa, atau kita bisa senantiasa memperdengarkan kumandang murottal di dalamrumah sesering mungkin sehingga senandung anak akan berubah menjadi senandung al-qur'an.  


 

·         Mulai dari Langkah Kecil.

مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan salat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika meninggalkannya) saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka.”

hadis di atas sering dijadikan sandaran bagi para orang tua dan pendidik akan bolehnya memukul anak dalam mendidik, namun sebenarnya tidak sesederhana itu menyimpulkan kandungan hadis tersebut, karena proses memukul yang dimaksudkan di dalam hadis tersebut harus terlebih dahulu melalui proses tabligh atau penyampaian kepada anak, atau yang lebih mudahnya orang tua senantiasa memerintahkan anaknya untuk solat sejak usia dini artinya mereka memeritahkan anaknya untuk sholat semenjak usia mereka dibawah 7 tahun, sehingga di usia 7 tahun  mereka sudah terbiasa melaksanakan shalat dan memahami akan pentingnya shalat, dan memukul ketika meninggalkan shalat di usia 10 tahun



adalah ketika si anak melawan dan malas melaksanakan shalat padahal sudah diperintahkan dan dinasehati dengan bahasa yang baik dan lembut, dan perlu di catat kategoro memukulyang diperbolehkan adalh memukul duna jarhin “ tanpa melukai dan bukan di daerah terlarang untukmemukul seperti wajah,kepala dll.

·         Kenalkan pada Allah dan Rosul

Di zaman yang serba digital sekarang ini ,rasanya bukan hal yang sulit kita mengenalkan Allah dan rosulnya, karena semuanya sudah dapat diakses dengan perangkat genggam kita melalui internet, tidak perlu membaca atau mencatat, tapi anak hanya tinggal melihat dan mendengarkan, mengelkan akan kebesaran Allah dengan visualisasi multimedia cukup memberikan efek yang baik, karena dengan melihat dan mendengar pemahaman anak akan cepat menyerap, namun perlu di ingat dalam hal ini perlunya memilih dan mencermati apa yang menjadi menu tontonannya agar tidak terjadi salah dalamb memahamkan kepada anak. Begitu juga halnya dengan mengenalkan rosulullah kepada mereka, nabi Sallahu alaihi wasalam bersabda :

 

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ 

“Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya bahkan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku." (QS Ibrahim: 40)


0 Comments:

Posting Komentar

Biasakan berkomentar dengan ilmu bukan dengan hawa nafsu

dapatkan update data terbaru di aplikasi

dapatkan update data terbaru di aplikasi
scan kode QR dan install di hp android

Keutamaan basmalah.... Bacalah

Yayasan Mabsuth Islam Mandiri

Yayasan Mabsuth Islam Mandiri

Al-Mabsuth

Categories


Berita Islam Hari Ini

Teknologi

Serba Serbi

Politik

Keluh Kesah Nabi Zakaria

Lahdhoh

HayyaAlasSholah

HayyaAlasSholah

Jadwal Shalat


jadwal-sholat

sekilas

Ustdz Bilal Bajri

Ustadz Fuad Baswedan

Rahasia dibalik Istigfar

Ustad Zulfi Askar

(Allah Yarham) Ust Lutfi YusufDegel

Ustad Azhar Seff

Dhoef

Flag Counter

Usaha dan kreasi

AHLAN WASAHLAN

AHLAN WASAHLAN

Popular Posts

Gisoh wa Rahat