Memiliki gelar yang disegani masyarakat adalah hal yang sangat diharapkan apalagi kalau gelar itu merupakan gelar kehormatan yang membuat semua manusia memperhitungkan semua ucapan, tingkah dan titahnya, bak seorang raja yang tinggal tunjuk kiri dan kanan, semua mengikuti apa yang di mauinya, namun pernahkah kita sadari bahwa semua itu sebenarnya hanya hiasan dunia yang sering menjadikan manusia tersebut justru meninggalkan perkara akhirat ?
Di dalamAl-Qur'an banyak ayat-ayat yang menceritakan prilaku ini,sehingga Allah mengelari manusia sebagai makhluq yang banyak keluh kesah dan banyak kufur terhadapnikmat Allah, bahkan anehnya lagi mereka megnetahui akan hal itu namun tak mau merubahnya. di dalam surat al-ma'arij Allah berfirman
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. (QS. Al-Ma’arij; 19-21)
Haluu’aa diambil dari suku kata hala’a yang secara bahasa dapat diartikan; kaget, terkejut, takut panik, dan ngeri yang dalam ayat ini ditafsirkan sebagai sifat keluh kesah.
Imam Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menafsirkan sifat kaluh kesah adalah seseorang yang jika mendapatkan kebaikan tidak bersyukur dan jika tertimpa keburukan tidak bersabar.
Dalam ayat ini menjelaskan bahwa di antara sifat asli manusia adalah gampang mengeluh jika ditimpa kesusahan dan kikir jika mendapatkan nikmat, ia lupa bahwa dalam rejeki yang ia peroleh sesungguhnya terselip hak-hak orang yang membutuhkan, seperti fakir miskin dan lainnya.
Adapun agar terhindar dengan sifat-sifat tersebut, Allah kemudian menjelaskan dalam potongan ayat selanjutnya
إِلَّا الْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta) (QS. Al-Ma’arij; 19- 25)
ayat tersebut memberikan gambaran cukup jelas kepada kita bahwa sebenarnya apayang kita miliki di duniaini hanya titipan belaka yang tidak kekal adanya,tetap berkiblat kepada arahan Allah dan Rosulnya akan menjadikan harta , tahta dan kekuasaan kita menjadi berkah dunia akhirat
0 Comments:
Posting Komentar
Biasakan berkomentar dengan ilmu bukan dengan hawa nafsu