semua orang tua mengharapkan anaknya enjadi sosok yang dapat
membanggakan orang tuanya terutama hal yang berkenaan dengan urusan dunia,
mereka berlomba-lomba menciptakan anaknya sebagai mesin penghasil kebanggaan
orang tuanya tanpa pernah berfikir mengenai akhirat mereka, padahal sebenarnya
akhirat merupakan sandaran terakhir dari bahtera kehidupan ini, dan anak
adalah aset terpenting dari tiket kita menuju surga Allah, bagaimana
mungkin seorang akan melenggang masuk surga tanpa diminta pertanggungjawabnnya
terhadap keluarga dan anak-anaknya, nabi Sallahu alaihi wasalam bersabda :
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا
أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ
فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ (رَوَاهُ
ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ)
“Kedua kaki seorang
hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya
mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk
apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari
mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan” (HR Ibnu Hibban dan
at-Tirmidzi).
dengan demikian patutlah dicermati apa saja kah hal yang banyak
berpengaruh terhadap pskologi ketaan anak kepada Allah.
Beberapa hal yang banyak mempengaruhi psikologi anak diantaranya :
·
Contoh dari orang tua yang senantiasa
melaksanakan ibadah
Nabi
Muahammad sallahu 'alaihi wasalam sebagai nabiyullah dan sekaligus sebagai guru
bagi manusia dimuka bumi ini, yang telah tercatat sebagai sosok paling
berpengaruh di dunia, pengakuan semacam ini bukan timbul dengan
sendirinya atau menjadi pengakuan sefihak sejumlah orang ,namun justru halitu
timbul dari musuh islam, mereka mengakui keberhasilan dakwah yang dibawa oleh
seorang nabi umiyyin, bahkan sampaihari ini islammenjadiagama terbanyakdi muka
bumi,halini tidaklain karena systematika pendidikan rosul yang sangat mengena
dan berkesan bagi umatnya, dan kunci semua ini berawal dari uswah,atau
suritauladan yang dicontohkan langsung olehnya, Allah berfirman :
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh
[al-Ahzâb/33:21
Ibnu Katsîr rahimahullah berkata
tentang ayat ini, “Ayat yang mulia ini merupakan fondasi/dalil yang agung dalam
meneladani Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam semua perkataan,
perbuatan, dan keadaan beliau. Orang-orang diperintahkan meneladani Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Ahzâb, dalam kesabaran, usaha
bersabar, istiqomah, perjuangan, dan penantian beliau terhadap pertolongan dari
Rabbnya. Semoga sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada beliau sampai hari
Pembalasan”. [Tafsir Ibnu Katsir, 6/391, penerbit: Daru Thayyibah]
maka
jelaslah bagi kita ketika kita bahwa keberhasin pendidikan ditentukan dengan
jiwa pendidiknya,jika berharap anak didik kita menjadi seorang yang baik dan
rajin beribadah maka mulailah dengan memberikan contoh secara angsung kepada
nya agar mudah meresapdalam fikiran mereka
·
Lingkungan Keluarga
selain
memberikan contoh dalam keluarga hal yang tak kalah mempengaruhi ketaatan anak
adalah kebiasaan dalam keluarga, mulailah dengan menjalankan segala perkara
ibadah di dalam keluarga, misalnya melaksanakan sholat berjamaah di dalam
keluarga, mengajak anak-anak ikut dalam puasa sunnah, buat peraturan dilarang
minum berdiri dan lain-lainnya, sehingga ini akan menanamkan jiwa yang cinta
terhadap perintah dan larangan Allah tanpa terpaksa, atau kita bisa senantiasa
memperdengarkan kumandang murottal di dalamrumah sesering mungkin sehingga
senandung anak akan berubah menjadi senandung al-qur'an.
·
Mulai dari Langkah Kecil.
مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ ،
وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي
الْمَضَاجِعِ
“Perintahkan anak-anak
kalian untuk melakukan salat saat usia
mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika meninggalkannya) saat usia sepuluh
tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka.”
hadis
di atas sering dijadikan sandaran bagi para orang tua dan pendidik akan
bolehnya memukul anak dalam mendidik, namun sebenarnya tidak sesederhana itu
menyimpulkan kandungan hadis tersebut, karena proses memukul yang dimaksudkan
di dalam hadis tersebut harus terlebih dahulu melalui proses tabligh atau
penyampaian kepada anak, atau yang lebih mudahnya orang tua senantiasa
memerintahkan anaknya untuk solat sejak usia dini artinya mereka memeritahkan
anaknya untuk sholat semenjak usia mereka dibawah 7 tahun, sehingga di usia 7
tahun mereka sudah terbiasa melaksanakan
shalat dan memahami akan pentingnya shalat, dan memukul ketika meninggalkan
shalat di usia 10 tahun
adalah ketika si anak melawan dan malas melaksanakan shalat
padahal sudah diperintahkan dan dinasehati dengan bahasa yang baik dan lembut,
dan perlu di catat kategoro memukulyang diperbolehkan adalh memukul duna jarhin
“ tanpa melukai dan bukan di daerah terlarang untukmemukul seperti wajah,kepala
dll.
·
Kenalkan pada Allah dan Rosul
Di zaman yang serba digital sekarang ini ,rasanya bukan hal yang
sulit kita mengenalkan Allah dan rosulnya, karena semuanya sudah dapat diakses
dengan perangkat genggam kita melalui internet, tidak perlu membaca atau
mencatat, tapi anak hanya tinggal melihat dan mendengarkan, mengelkan akan
kebesaran Allah dengan visualisasi multimedia cukup memberikan efek yang baik,
karena dengan melihat dan mendengar pemahaman anak akan cepat menyerap, namun
perlu di ingat dalam hal ini perlunya memilih dan mencermati apa yang menjadi
menu tontonannya agar tidak terjadi salah dalamb memahamkan kepada anak. Begitu
juga halnya dengan mengenalkan rosulullah kepada mereka, nabi Sallahu alaihi
wasalam bersabda :
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ
وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Salah seorang di antara
kalian tidak akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang
tuanya bahkan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku." (QS Ibrahim: 40)