Jumat, 20 November 2020


Bismillah wal hamdulillah wash sholaatu was salaamu ‘ala rasulillaah, wa ba’du.

Kita sedikit mengulas tentang hukum ulang tahun. Walaupun alhamdulillah, banyak tulisan dan ceramah para ustadz, yang menjelaskan tentang hukum ulang tahun. Tapi tidak mengapa kita singgung kembali, sebagai pengantar menemukan jawaban pertanyaan di atas.

Hukum ulang tahun dalam Islam adalah haram. Karena dalam ulang tahun, mengandung unsur menyerupai (tasyabbuh) dengan orang kafir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan dengan keras,


مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

”Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud, shahih)

Sekarang kita coba menyentuh inti dari jawaban pertanyaan di atas:

Jika ulang tahun yang dirayakan sebagai perayaan biasa (diniati mubah) saja, artinya tidak ada niat ibadah, hukumnya haram, terlebih jika ulang tahun diniatkan sebagai ibadah, lebih parah keharamannya. Karena ulang tahun seperti ini telah:

Pertama, menodai ibadah dengan perbuatan tasyabbuh dengan orang kafir.
Dan jelas, bahwa dosa yang dikerjakan dalam saat-saat ibadah, lebih besar dosanya daripada di luar momentum ibadah.

Kedua, terjatuh pada perbuatan bid’ah.
Karena saat ulang tahun diniatkan sebagai ibadah, maka kegiatan ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bernilai bid’ah. Merayakan ulang tahun apakah ada tuntunannya dari Nabi? Dari Abu Bakr As-Shidiq? Umar bin Khattab? ‘Utsman bin Affan? Ali bin Abi Thalib dan sahabat Nabi lainnya?

63 tahun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup di dunia ini. Namun, tak pernah ada riwayat yang menjelaskan beliau merayakan ulang tahun.

Adapun soal puasa sunah senin, Nabi lakukan bukan karena Nabi merayakan ulang tahunnya. Tapi dalam rangka ibadah, mengingat mulianya hari itu. Hari yang dipilih Allah sebagai hari beliau menerima wahyu dan diangkatnya amal.

Beliau bersabda,

فيه ولدت وفيه أنزل علي

“Di hari Senin itu aku dilahirkan dan aku mendapatkan wahyu.” (HR. Muslim)

Beliau juga bersabda,

تعرض الأعمال يوم الإثنين والخميس، فأحب أن يعرض عملي وأنا صائم

“Amal ibadah dilaporkan kepada Allah setiap hari Senin dan Kamis. Aku senang jika saat amalku sedang dilaporkan, aku sedang kondisi puasa.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

Sehingga akibatnya, terkena ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa yang melakukan amal (ibadah) yang bukan berasal dari (ajaran) kami, maka amal tersebut tertolak.” (HR. Muslim)

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ، إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

“Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan sejelek-jelek urusan adalah (urusan agama) yang diada-adakan, setiap (urusan agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (HR. An-Nasa’i, shahih)

Saat ulang tahun diungkapkan/dirayakan dengan doa baarakallah fii umrik (semoga Allah memberkahi umurmu), itu lebih kental nilai mubahnya atau ibadahnya? Tentu nilai ibadahnya. Karena nuansa islami dan semua muslim paham, bahwa doa adalah ibadah. Sehingga lengkaplah keburukan pada ulang tahun yang diyakini lebih ‘islami’ ini, keburukan tasyabbuh yang dikemas dengan ibadah. Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tasyabbuh kena, bid’ah pun kena.

Maka, bungkus itu tidak merubah hakikat. Seperti riba yang disebut bunga. Atau suap yang dibahaskan sedekah. Zina yang disebut suka sama suka. Hukumnya tetap sama, haram.

Sama juga seperti ulang tahun yang dibahasakan “baarakallah fii Umrik”.
Fenomena ini pernah disinggung Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ليشرَبنَّ ناسٌ من أمَّتي الخمرَ يُسمُّونَها بغيرِ اسمِه

“Di antara umatku benar-benar akan ada orang yang minum khamr (minuman keras), kemudian ia namai khamr dengan nama selain khamr.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, shahih)

Benar apa yang dikatakan oleh sebuah kaidah,

الأسماء لا تغيِّر الحقائق

“Nama/sebutan tidak merubah hakikat.”

Walhamdulillahi rabbil’aalamiin.

***

Dijawab oleh: Ustadz Ahmad Anshori, Lc. (Pengajar di PP Hamalatul Quran DIY & Pengasuh TheHumairo.com)





Selasa, 17 November 2020

 Azhar Bin Seff (ABS)

```≈ SHOLAT JENAZAH ≈```


Melaksanakan sholat jenazah hukumnya Fardhu Kifayah. Sholat Jenazah sangat bermanfaat buat yang mengerjakannya dan buat si mayyit yang disholatkan. Diantara keutamaan shalat jenazah disebutkan didalam beberapa hadits berikut ini :



≈Pertama: Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qiroth.” 



Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Dua qiroth itu semisal dua gunung yang besar.”

(📚HR. Bukhari no. 1325 dan Muslim no. 945)


Dalam riwayat Muslim disebutkan.

“Barangsiapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya (pahala) satu qiroth. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua qiroth.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” “Ukuran paling kecil dari dua qiroth adalah semisal gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

(📚HR. Muslim no. 945)


≈Kedua: Dari Kuraib, ia berkata,

“Anak ‘Abdullah bin ‘Abbas di Qudaid atau di ‘Usfan meninggal dunia. Ibnu ‘Abbas lantas berkata, “Wahai Kuraib (bekas budak Ibnu ‘Abbas), lihat berapa banyak manusia yang menyolati jenazahnya.” Kuraib berkata, “Aku keluar, ternyata orang-orang sudah berkumpul dan aku mengabarkan pada mereka pertanyaan Ibnu ‘Abbas tadi. Lantas mereka menjawab, “Ada 40 orang”. Kuraib berkata, “Baik kalau begitu.” Ibnu ‘Abbas lantas berkata, “Keluarkan mayit tersebut. Karena aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lantas dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40 orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memperkenankan syafa’at (do’a) mereka untuknya.”

(📚HR. Muslim no. 948)


≈Ketiga: Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,

“Tidaklah seorang mayit dishalatkan (dengan shalat jenazah) oleh sekelompok kaum muslimin yang mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafa’at (mendoakan kebaikan untuknya), maka syafa’at (do’a mereka) akan diperkenankan.”

(📚HR. Muslim no. 947)


≈Keempat: Dari Malik bin Hubairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidaklah seorang muslim mati lalu dishalatkan oleh tiga shaf kaum muslimin melainkan do’a mereka akan dikabulkan (agar si mayyit mendapatkan surga dengan Rahmat ALLAH ).”

(📚HR. Tirmidzi no. 1028 dan Abu Daud no. 3166. Imam Nawawi menyatakan dalam Al Majmu’ 5/212 bahwa hadits ini hasan. Syaikh Al Albani menyatakan hadits ini derajatnya hasan)


*Wallahu a'lam*  ( ditulis oleh Ustad Azhar Seff, MA)

_Semoga bermanfaat dan dapat di amalkan amalan ini._



📭Silakan disebarluaskan, semoga menjadi bernilai pahala sebagai upaya ta'awun dalam dakwah.


Senin, 16 November 2020

 segala puji  bagi Allah Tuhan semesta Alam, yang banyak memberikan rahmat dan barokah kepada hambaNya, tak terbendung dan tak terhitung jumlahnya, namun sangat sedikit dari hamba Allah yang mau mensyukurinya, hal ini kontras dengan apa yang digambarkan Allah di dalam Al-Qur'an  :

وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’: 13).

Ibnu Katsir berkata,

إخبار عن الواقع

Yang dikabarkan ini sesuai kenyataan.” Artinya, sedikit sekali yang mau bersyukur.

Syaikh As Sa’di berkata,

فأكثرهم، لم يشكروا اللّه تعالى على ما أولاهم من نعمه، ودفع عنهم من النقم.

Banyak sekali memang yang tidak mau bersyukur pada Allah Ta’ala atas nikmat harta yang diberi dan juga atas nikmat dihilangkan dari musibah.

Syaikh Abu Bakr Al Jazairi berkata,

هذا إخبار بواقع وصدق الله العظيم الشاكرون لله على نعمه قليل وفي كل زمان ومكان وذلك لإِستيلاء الغفلة على القلوب من جهة ولجهل الناس بربهم وإنعامه من جهة أخرى

Ini adalah pengkhabaran yang sesuai kenyataan. Sungguh Maha Benar Allah. Sungguh yang benar-benar mensyukuri nikmat Allah amatlah sedikit di setiap waktu dan tempat. Kebanyakan berada dalam hati yang lalai, di sisi lain karena begitu jahil terhadap Rabbnya.”

 di dalam ayat dan keterangan di atas menyatakan dengan jelas bahwa pada dasarnya manusia jarang sekali yang bersyukur bahkan mereka cenderung mengeluh dan merasa terdzolimi hidupnya ketika diberikan cobaan yang menyengsarakan kedudukan dan keadaannya, Abu Bakar Siddiq Rohimahullah berkata : 

"Siapa yang menjauhkan diri dari sifat suka mengeluh maka berarti ia mengundang kebahagiaan."

oleh karenanya sewajarnya sebagai seorang muslim yang bertaqwa kepada Allah senantiasa mendahukan HUSNU DZON nya kepada Allah melebihi akalnya, karena setiap apapun yang terjadi dalam hidup ini tak lain karena keadilan Allah semata. 


Menabur cinta demi memanen surga adalah langkah terbaik dilakukan seorang hamba, menggali potensi sabar dengan banyak bersyukur dengan apa yang telah diterimanya, karena sebanyak apapun harta yang didapat akan ternilai kecil jika dibarengi dengan mengeluh dan menggerutu, sebuah prilaku bijak ketika dihadapkan dalam keadaan sempit adalah berdoa dan tetap menjaga solatnya, Allah berfirman :

 وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

 "Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya :

Melalui firman-Nya ini, Allah swt. menyuruh para hamba-Nya untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat yang mereka dambakan, dengan cara menjadikan kesabaran dan shalat sebagai penolong.

Sebagaimana yang dikatakan Muqatil bin Hayyan dalam tafsirnya mengenai ayat ini, “Hendaklah kalian mengejar kehidupan akhirat dengan cara menjadikan kesabaran dan mengerjakan berbagai kebajikan dan shalat sebagai penolong.”

Menurut Mujahid yang dimaksud dengan kesabaran adalah shyam (puasa). Al-Qurthubi dan ulama lainnya mengatakan, “Oleh karena itu bulan Ramadlan dikatakan sebagai bulan kesabaran.”

Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud sabar dalam ayat di atas adalah menahan diri dari perbuatan maksiat karena disebutkan bersama dengan berbagai macam pelaksanaan ibadah, yang paling utama adalah ibadah shalat.

Dari Umar bin Khaththab, ia berkata: “Sabar itu ada dua, sabar ketika mendapat musibah adalah baik, dan lebih baik lagi adalah bersabar dalam menahan diri dari mengerjakan apa yang diharamkan Allah.

Hal yang mirip dengan ucapan Umar bin Khaththab juga diriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri.

Ibnul Mubarak meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair, katanya, “Kesabaran itu adalah pengaduan hamba kepada Allah atas apa yang menimpanya, dan mengharap keridlaan dari sisi-Nya dan menghendaki pahala-Nya. Terkadang seseorang merasa cemas tetapi ia tetap tegar, tidak terlihat darinya kecuali kesabaran.”

Imam Ahmad meriwayatkan dari Hudzaifah bin al-Yaman, katanya, “Rasulullah saw. jika ditimpa suatu masalah, maka segera shalat.” (HR Abu Daud)

tanamkan cinta kepada Allah, pupuklah dengan sholat dan kesabaran ,sehingga pada akhirnya kita akan memetik hasil panen kita di surga kelak, jaga sholat dan kesabaran semoga dengannya akan membawa kita menjadi hamba Nya yang Sholihin dan rosyidin....... amiiin (aboe azka)



Jumat, 13 November 2020

Sholat Sunnah Rawaatib adalah shalat-shalat sunnah yang kedudukannya sebagai pendamping sholat Fardhu, kerena sholat ini rutin dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ( selama beliau tidak melakukan Jamak Sholat dan Qoshor Sholat ) , maka sholat ini disebut sholat Sunnah Rawaatib


Di antara hadits yang menunjukkan keutamaan shalat sunah Rawâtib secara umum, ialah hadits Ummu Habîbah, yang berbunyi:


مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ


Tidaklah seorang muslim shalat karena Allah setiap hari dua belas raka’at shalat sunnah, bukan wajib, kecuali akan Allah membangun untuknya sebuah rumah di surga. 


(HR Muslim, kitab Shalat al-Musâfir wa Qashruha, Bab: Fadhlus-Sunan ar-Râtibah Qablal-Farâ-idh wa Ba’daha, no. 1199)


Jumlah raka’at ini dijelaskan dalam riwayat at-Tirmidzi dan an-Nasâ-i, dari hadits Ummu Habibah sendiri, yang berbunyi:


قَالَتْ أُمُّ حَبِيبَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ


Ummu Habibah berkata,”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:’Barang siapa yang shalat dua belas raka’at maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga; empat raka’at sebelum Zhuhur dan dua raka’at setelahnya, dua raka’at setalah Maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya`, dan dua raka’at sebelum shalat Subuh’.”


Dalam riwayat lain dengan lafazh :


مَنْ ثَابَرَ عَلَى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ


Barang siapa yang terus-menerus melakukan shalat dua belas raka’at, maka Allah membangunkan baginya sebuah rumah di surga. 

(HR An-Nasa’i no. 1804 dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasa’i (Lihat no. 1804, 261 dan 1696))


Kesimpulan :

Jumlah Sholat Sunnah Rawaatib dua belas rakaat

-- 2 Rakaat Qobliyah Subuh

-- 4 Rakaat Qobliyah Dhuhur 

-- 2 Rakaat Ba'diyah Dhuhur 

-- 2 Rakaat Ba'diyah Magrib 

-- 2 Rakaat Ba'diyah Isya 


Wallahu a'lam 


Semoga bermanfaat


Ditulis oleh ABS


 

Hadits dari  ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, 


جَاءَتْنِى امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِى فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِى شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « مَنِ ابْتُلِىَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ »


“Ada seorang wanita yang datang menemuiku dengan membawa dua anak perempuannya. Dia meminta-minta kepadaku, namun aku tidak mempunyai apapun kecuali sebutir kurma. Lalu aku berikan sebutir kurma tersebut untuknya. Wanita itu menerima kurma tersebut dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua putrinya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Kemudian wanita itu bangkit dan keluar ( dari rumahku ) bersama dua putrinya tadi. Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau, maka Nabi


shallallhu ‘alaii wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang diuji dengan dianugerahkan anak-anak perempuan, kemudia dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalangnya dari siksa api neraka” (H.R Muslim 2629)


Kehadiran anak dalam rumah tangga muslim merupakan nikmat yang besar dari Allah Ta’ala. Namun, sebagian orang ada yang lebih mendambakan kehadiran anak laki-laki daripada anak perempuan. Anak laki-laki dianggap lebih mulia daripada anak perempuan. Mereka bangga dan bergembira tatakala dikaruniai anak laki-laki. Sebaliknya, bagi sebagian orang kehadiran anak perempuan merupakan aib dan dianggap bencana. Mereka sedih dan kecewa jika dikaruniai anak perempuan. Padahal kehadiran anak perempuan juga termasuk nikmat dari Allah. Bahkan Islam secara khusus menjelaskan tentang keutamaan anak perempuan dan ganjaran bagi orangtua yang memelihara dan mendidik anak-anak perempuan mereka.


Bahkan Al Imam Muslim rahimahullah secara khusus membuat sebuah bab dalam kitab shahihnya dengan judul 


(باب فَضْلِ الإِحْسَانِ إِلَى الْبَنَاتِ) 


“Keutamaan Berbuat

 Baik kepada Anak-Anak Perempuan”.


Hadits dari Ibunda 'Aisyah tadi menjelaskan tentang hak anak perempuan. Karena pada umumnya anak perempuan lemah dalam memenuhi kebutuhan pribadinya.

Berbeda dengan laki-laki secara umumnya , secara fisik lebih kuat, lebih cair dalam berfikir, mampu memenuhi kebutuhannya.


Dari hadits ini kita dapat mengambil pelajaran sebagai berikut 

📍Orang yang sangat membutuhkan diperbolehkan meminta-minta. Seperti yang dilakukan oleh ibu dari dua anak perempuan tadi kepada Aisyah RA

📍Sebaiknya dan utamanya bersedekah dengan apa yang ada dan sesuai kemampuan, baik sedekahnya sedikit ataupun banyak. Seperti yang dilakukan oleh Aisyah RA, dengan sebutir kurma. 

📍Janganlah meremehkan sedekah yang dianggap sedikit


📍Diperbolehkan menceritakan kebaikan yang dilakukan, selama tidak bertujuan untuk riya dan membanggakan diri dan bukan untuk mengungkit ungkit pemberian. 

Seperti yang dilakukan oleh Ummul Mukminin Aisyah RA dalam bercerita kepada Rasulullah tentang wanita itu dan kedua putrinya.


📍Anak perempuan merupakan ujian bagi orangtua. Sebagian orang tidak suka dengan kehadiran anak perempuan dan sangat bergembira ketika memiliki anak laki-laki. Oleh karena itu kehadiran anak-anak perempuan dianggap sebagai ujian. Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Anak perempuan disebut sebagai ibtilaa’ (ujian) karena umumnya manusia tidak menyukai mereka”. 

Hal ini juga sebagaimana Allah Ta’ala firmankan :


وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدّاً وَهُوَ كَظِيمٌ يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِن سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلاَ سَاء مَا يَحْكُمُونَ


“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah , Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu “ 

(An Nahl:58)


📍Sesungguhnya menyayangi anak perempuan dan berbuat baik kepadanya serta mengayominya akan mendapatkan ganjaran surga dan terhindar dari siksa api neraka.


➖Diriwayatkan juga dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,


جَاءَتْنِى مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا فَأَطْعَمْتُهَا ثَلاَثَ تَمَرَاتٍ فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً وَرَفَعَتْ إِلَى فِيهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا فَشَقَّتِ التَّمْرَةَ الَّتِى كَانَتْ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا فَأَعْجَبَنِى شَأْنُهَا فَذَكَرْتُ الَّذِى صَنَعَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ »


“Seorang wanita miskin datang kepadaku dengan membawa dua anak perempuannya, lalu  aku memberinya tiga buah kurma. Kemudian dia memberi untuk anaknya masing-masing satu buah kurma, dan satu kurma hendak dia masukkan ke mulutnya untuk dimakan sendiri. Namun kedua anaknya meminta kurma tersebut. Maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dia makan untuk diberikan kepada kedua anaknya. Peristiwa itu membuatku takjub sehingga aku ceritakan perbuatan wanita tadi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, : Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga dan membebaskannya dari neraka” (H.R Muslim 2630)


📍Orang tua yang  mengayomi dan mentarbiyah anak perempuan mereka secara baik, akan selalu berdekatan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhirat.


Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata  bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 


مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ


“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata : Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau). (HR Muslim 2631)


Semoga Allah Ta’ala senantiasa menganugerahkan kita keturunan yang shalih dan shalihah, berbakti kepada kedua orangtua dan bermanfaat buat ISLAM dan kaum Muslimin 


Wallahul musta’an. 


Ditulis oleh ABS


Senin, 09 November 2020

 *INTEGRITAS*


_Permata Di Bawah Pelana_


Pada suatu waktu seorang saudagar yang berjalan di pasar menemukan seekor unta bagus yang sedang dijual.


Saudagar dan penjual unta, keduanya negosiator yang terampil, melakukan tawar-menawar yang sulit. 


Akhirnya penjual unta merasa senang dengan ketrampilannya karena mendapatkan apa yang menurutnya merupakan harga yang sangat baik, berpisah dengan untanya.


Saudagar itu pun merasa puas karena telah mendapatkan kesepakatan harga yang fantastis, ia dengan bangga berjalan pulang membawa unta, tambahan terbaru untuk peternakannya.


Saat tiba di rumah, saudagar itu menyuruh pelayannya untuk melepaskan pelana unta. 


Dengan sedikit kesulitan, pelayan melepaskan pelana yang berat itu seorang diri.


Setelah dilepas, *pelayan itu menemukan sebuah kantong beludru kecil di bawah pelana, yang ternyata dipenuhi dengan permata berharga !!*


Pelayan itu berseru dengan semangat, *"Tuan, tuan membeli unta ... tapi lihat apa yang datang bersamanya dengan gratis !!!"*


Saudagar merasa heran ketika melihat perhiasan di telapak tangan pelayannya.


 Perhiasan itu memiliki kualitas luar biasa, berkilau dan berkelap-kelip di bawah sinar matahari.

*"Aku membeli unta," katanya, "tidak bersama perhiasannya.*


 *Aku harus segera mengembalikannya ke penjual unta."*


Pelayan itu terperanjat ..... tuannya benar-benar bodoh. *"Tuan,  ....tidak ada yang akan tahu."*


Tetapi saudagar segera kembali ke pasar dan menyerahkan kantong beludru ke penjual unta.


Penjual unta sangat senang, *"Saya lupa bahwa saya menyembunyikan perhiasan ini di pelana."*


*"Silahkan pilih salah satu permata sebagai hadiah."*


Saudagar itu berkata, *"Saya membeli unta dan sudah membayar harga yang adil hanya untuk unta saja, jadi TIDAK, terima kasih, saya tidak perlu imbalan apa pun."*


Saudagar menolak terus, tetapi penjual unta bersikeras.


Akhirnya si saudagar berkata dengan tersenyum, *" _Sebenarnya ketika aku memutuskan untuk membawa kantong itu kembali kepadamu, aku sudah mengambil dan menyimpan dua permata yang paling berharga_."*


Penjual unta agak terperangah dengan pengakuan tersebut, dengan cepat mengosongkan kantong untuk menghitung permata. 


Namun dia sangat bingung, 

_"Semua perhiasan saya ada di sini._


 _Perhiasan apa yang Anda simpan?_


*"Dua yang paling berharga,"* kata si saudagar.


ntegritas dan Penghargaan terhadap diri sendiri.

APA itu INTERGRITAS?

Yaitu :Kemampuan untuk melakukan hal yang benar, untuk melakukan hal yang benar ketika Anda tahu sebetulnya bisa lolos ketika melakukan hal yang salah.




Miliki Hidup  yang penuh INTEGRITAS dan

 *PENGHARGAAN utk diri sendiri*

" _untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran,_"


*" _Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik_ "*


Jumat, 06 November 2020

 

    Semua manusia mengharapkan penghidupan yang lebih baik dan lebih menjanjikan untuk masa depannya, maka tak heran jika setiap manusia saling berlomba-lomba mencari nafkah dengan berbagai jalan dan upaya, adanya yang dilakukan dengan cara yang baik maupun yang tidak baik dan semua tergantung persepsi manusianya dalam menilai usaha yang dia jalankan.

    akan tetapi dibalik itu semua terkadang ada beberapa pemahaman masyarakat muslim, yang terlihat baik dan religi namun justru dia terjebak dengan kuabangan kemaksiatan kepada Allah, bahkan cenderung bersifat duniawi semata, sedangkan kebaikan yang dia usahakan selama ini hanya menjadi pemanis akhlaq secara lahiriyah tidak dengan batiniyahnya.

    Jika kita mau berkaca dan mengintrospeksi diri kita, sebenarnya banyak ibadah wajib dan sunnah yang tak kita sadiri terafiliasi dengan Riya dan wahn (cinta dunia) sedangkan nilai zuhud dalam ruhul ibadahnya sudah lama terabaikan.  mari luruskan niat dan bulatkan tekad karena akhirat semata.

    Banyak dari muslimin dan saudara-saudara kita yang melaksanakan sholat dhuha " Contohnya", namun memiliki niat agar dilancarkan rezekinya, disukseskan usahanya, dinaikkan karirnya dan di dekatkan jodohnya, ketahuilah,  bahwa niatan awal kita sebelum melaksanakan ibadah menjadi tolak ukur legalisasi sebuah ibadah, jika pada awalnya, sebelum melaksanakan ibadah adalah karena urusan duniawi maka hanya itu yang didapat tanpa nilai pahala tersemat padanya, hal ini sebagaimana disampaikan Rosulullah dalam sebuah hadistnya :

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

jadi ketika ibadah yang dilaksanan diawali dengan niat dunyawi maka dunia itu saja yang akan kita dapatkan tanpa mendapatkan apa yang semestinya dari Allah berupapahala.

maka luruskan  niat dalam melaksanakan ibadah, ketahuilah bahwa karir, jodoh dan usahamu terhalang karena dosa-dosamu kepada Allah, semuanya tertutup oleh kabut kemaksiatan mu kepada Allah, Rosulullah mengajarkan kepada kita ketika selesai melaksanakan sholat dhuha ;

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat Dhuha, beliau mengucapkan,

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ

ALLOHUMMAGHFIR-LII WA TUB ‘ALAYYA, INNAKA ANTAT TAWWABUR ROHIIM (artinya: Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang) sampai beliau membacanya seratus kali.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 619. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sanadnya shahih.)

lalu  dimana doa meminta Rezeki dan di dekatkan dengan keberkahan yang seperti biasa dibaca selepas sholat dhuha ( Allahumma inna dhuha adhuha uka....) ,ketahuilah bahwa doa mu akan terkabul dan didekatkan dengan apa yang anda inginkan jika Allah ampuni dosa-dosa anda, rezeki,karir dan usaha anda sulit bukan karena yang lain tapi karena BANYAKNYA DOSA YANG BERTUMPUK DALAM JIWA DAN BATIN ANDA, banyak beristigfar adalah solusi jitu untuk mengatasinya.

   rubah niat dan doamu,  karena banyak beristigfar akan membuka pintu rahmat dan kasih sayang Allah kepada hambaNya. Selamat melaksanakan ibadah dengan Niat akhirat






dapatkan update data terbaru di aplikasi

dapatkan update data terbaru di aplikasi
scan kode QR dan install di hp android

Keutamaan basmalah.... Bacalah

Yayasan Mabsuth Islam Mandiri

Yayasan Mabsuth Islam Mandiri

Al-Mabsuth

Categories


Berita Islam Hari Ini

Teknologi

Serba Serbi

Politik

Keluh Kesah Nabi Zakaria

Lahdhoh

HayyaAlasSholah

HayyaAlasSholah

Jadwal Shalat


jadwal-sholat

sekilas

Ustdz Bilal Bajri

Ustadz Fuad Baswedan

Rahasia dibalik Istigfar

Ustad Zulfi Askar

(Allah Yarham) Ust Lutfi YusufDegel

Ustad Azhar Seff

Dhoef

Flag Counter

Usaha dan kreasi

AHLAN WASAHLAN

AHLAN WASAHLAN

Popular Posts

Gisoh wa Rahat